Selasa, 28 Oktober 2008

Hidup Sehat Anti Kanker

10 Tips Gaya Hidup Untuk Mencegah Kanker
Menurut Pakar, Pola Diet dan Berolahraga Direkomendasikan Untuk Mengurangi Resiko Kanker
By Miranda Hitti
WebMD Health News
Translated by Husnul Mubarak,S.Ked

Oct. 28, 2008 -- Apakah anda mencari cara untuk mengurangi resiko terkena kanker ? inilah daftar 10 rekomendasi diet dan aktivitas yang dikemukakan pada pertemuan tahunan yang diselenggarakan American Dietetic Association (ADA).

  1. Sedapat mungkin mempunyai tubuh yang ramping namun tidak sampai kurus (underweight)
  2. Aktif secara fisik minimal 30 menit tiap hari
  3. Hindari minuman bergula, dan batasi konsumsi makanan berkalori tinggi, terutama yang rendah serat dan tinggi lemak atau dengan gula tambahan.
  4. Makan lebih banyak jenis sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan gandum
  5. Membatasi konsumsi daging merah (termasuk daging sapi, babi, dan kambing) dan mencegah konsumsi daging olahan
  6. Jika anda peminum alkohol, batasi konsumsi harian anda hingga 2 gelas untuk pria dan 1 gelas untuk wanita.
  7. Batasi konsumsi makanan bergaram dan makanan olahan dengan garam/sodium.
  8. Jangan menggunakan supplemen untuk melindungi dari kanker.
  9. Yang terbaik bagi ibu untuk menyusui anaknya secara ekslusif selama 6 bulan dan baru kemudian menambahkan makanan penambah ASI .
  10. Setelah penanganan, penderita kanker sebaiknya mengikuti rekomendasi ini untuk pencegahan rekurensi kanker .

Pada pertemuan ADA, pakar memberikan tips praktis untuk mengikuti rekomendasi ini, dimana telah dikemukakan pada tahun lalu oleh suatu lembaga non-profit, American Institute for Cancer Research dan organisasi induknya, World Cancer Research Fund International.

Mengapa Memilih Rekomendasi Ini

Walter Willett, MD, DrPH, seorang professor epidemiologi yang memimpin Departmen Gizi dan Makanan di Harvard School of Public Health, merupakan salah satu anggota ilmiah tim international yang mengemukakan rekomendasi ini

Pada pertemuan ADA , Willett mengatakan, rekomendasi pertama - untuk sedapat mungkin menjadi ramping dalam batas berat badan yang normal -- "sejauh ini merupakan yang paling penting"

Namun terdapat salah satu rekomendasi yang menurut Willet adalah kemungkinan suatu "kesalahan" yaitu rekomendasi yang mengatakan larangan mengkonsumsi kanker. Supplemen vitamin D dapat menurunkan resiko kanker kolorektal dan kemungkinan kanker lainnya, kata Willett. Ia menduga rekomendasi ini akan menjadi prioritas utama untuk diteliti.

Bagaimana mengikuti Rekomendasi Ini

Karen Collins, MS, RD, CDN, merupakan seorang pakar gizi dari American Institute for Cancer Research. Ia mengulas rekomendasi ini sebelum dikemukakan tahun lalu. dan ia bergabung bersama Willett dalam anggota ADA.

Collins memberikan tips praktis untuk mengikuti tiap rekomendasi tersebut :

  1. Sedapat mungkin untuk menjadi ramping dalam batas berat badan normal : Jangan hanya melihat timbangan; periksa lingkar perut sebagai pengukuran kasar terhadap lemak abdomen, Collin merekomendasikan lingkar perut pria tidak boleh lebih dari 37 inchi dan untuk wanita 31,5 inchi
  2. Aktif secara fisik minimal 30 menit sehari: Anda dapat memecahnya menjadi 10 menit dalam 3 kali sesi tiap harinya, dan lebih banyak aktivitas lebih baik.
  3. Menghindari minuman bergula dan membatasi makanan padat energi: Bukan karena makanan tersebut secara langsung menyebabkan kanker akan tetapi makanan tersebut dapat meningkatkan kalori anda hingga melampaui batas.
  4. Makan lebih banyak jenis sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan gandum: Cobalah sayuran dengan ragam warna (seperti hijau tua pada bayam, biru tua pada blueberries, putih pada bawang, dll). Kebanyakan orang makan jenis sayur yang sama berulang-ulang kali dan kebiasaan ini perlu diperbaiki
  5. Jika tidak dapat berhenti mengkonsumsi alkohol, batasi konsumsi hingga 2 gelas untuk pria dan 1 gelas untuk wanita perhari : Perhatikan ukuran proporsi anda pada beberapa orang jumlah minimal alkohol lebih rendah daripada yang direkomendasikan.
  6. Batasi konsumsi daging merah (sapi, babi, dan kambing) dan menghindari daging olahan : Batasi konsumsi daging hingga 18 ons per minggu, kata Collin, yang menyarankan mengganti daging tersebut dengan daging ayam, seafood, dan kacang-kacangan. Collin tidak mengatakan jangan pernah makan daging merah, namun makanlah daging tersebut dengan bijak.
  7. Batasi konsumsi makanan bergaram dan makanan olahan dengan garam: Jangan melewati 2400 mg per hari, gunakan rempah sebagai gantinya, kata Collin. Ia menambahkan pula bahwa makanan olahan mengandung hampir seluruh intake sodium anda perhari bukan garam yang anda masukkan ketika memasak
  8. Jangan menggunakan supplemen untuk mencegah kanker: Bukan karena supplemen buruk bagi tubuh-- mereka pun dapat "bermanfaat" untuk mencegah kanker, akan tetapi tidak ada bukti ilmiah bahwa supplemen tersebut melindungi dari kanker, kecuali vitamin D, tegas COllin .
  9. ASI ekslusi selama 6 bulan untuk bayi kemudian menambahkan makanan penambah ASI setelah 6 bulan: Rumah bersalin sebaiknya dapat mendorong ibu untuk melakukan rekomendasi ini, kata Collin.
  10. Setelah penanganan, penderita kanker sebaiknya mengikuti rekomendasi tersebut untuk mencegah rekurensi kanker berikutnya. Penderita kanker termasuk orang yang sedang menjalani terapi dan orang yang telah menyelesaikan terapi kankernya.

Membuat Pencegahan Kanker Menjadi Lebih Sederhana

Anda lelah mengikuti rekomendasi ini?Collins memangkas 10 rekomendasi tersebut menjadi tiga yang terpenting:

* Pilih makanan dari tumbuhan. Batasi konsumsi daging dan hindari daging olahan.
* Aktif secara fisik minimal 30 menit dalam sehari.
* Menargetkan berat badan ideal sepanjang hidup.

Catat pula bahwa tips tersebut mengurangi --tidak menghilangkan-- resiko kanker. Banyak faktor lain yang tidak dapat dimodifikasi seperti faktor gen dan lingkungan yang mempengaruhi resiko kanker. Aktivitas dan pola makan merupakan faktor yang sepenuhnya bergantung pada kendali kita.

Rehabilitasi Kardiak

Dasar Rehabilitasi Kardiak
Husnul Mubarak, S.Ked dari berbagai sumber

Pendahuluan

Rehabilitasi kardiak bertujuan untuk mengurangi batasan fisik yang dialami oleh pasien yang mengalami konsekuensi patophysiologis dan psikologis dari kejadian kardiovaskuler.

Gangguan kardiovaskuler merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada negara-negara industri, tercatat sebanyak 50% dari seluruh jumlah kematian tahunan. Di Amerika Serikat, lebih dari 14 juta orang mengalami beberapa bentuk penyakit arteri koroner (coronary artery disease/CAD) atau komplikasinya, termasuk gagal jantung kongestif, angina, dan arrhymia. Dari angka ini, sekitar 1 juta penderita MI yang masih hidup dan lebih dari 300.000 pasien yang menjalani operasi bypasss koroner pertahunnya, merupakan calon peserta rehabilitasi kardiak.

Pada dasarnya rehabilitasi kardiak membutuhkan pasien dengan resiko lebih rendah yang dapat berolahraga/mengikuti latihan tanpa masalah. Akan tetapi, evolusi cepat yang mengejutkan pada penanganan CAD telah mengubah demografi pasien yang menjadi kandidat peserta pelatihan rehabilitasi kardiak. Pada saat ini, sekitar 400.000 pasien yang telah menjalani angioplasti koroner setiap tahun mendapatkan manfat dari rehabilitasi kardiak. Lebih banyak lagi, sekitar 4,7 juta pasien dengan CHF juga dapat mendapatkan program rehabilitasi ringan, begitu pula pada pasien yang telah mendapatkan transplantasi jantung.

Ulasan ini akan memaparkan tujuan, indikasi, komponen program, latihan olahraga, pengawasan, manfaat, resiko, masalah keamanan, outcome, dan efektivitas biaya dari rehabilitasi kardiak.

Sejarah

Pada tahun 1930an, pasien dengan infark myokard (MI) dianjurkan untuk melakukan bed rest selama 6 minggu. Terapi kursi diperkenalkan pada tahun 1940, dan pada awal tahun 1950, jalan santai selama 3-5 menit perhari dianjurkan, selama 4 minggu. Para ahli kemudian secara perlahan menyadari bahwa ambulasi dini dapat mencegah komplikasi dari bed rest, termasuk emboli paru, dan tidak meningkatkan resiko apapun. Akan tetapi, keamanan dari olahraga yang tidak diawasi ini menjadi masalah yang kuat; hal ini yang kemudian menjadi alasan pengembangan program rehabilitasi berstruktur dan diawasi oleh dokter, termasuk pengawasan klinik, disertai monitoring elektrokardiograph.

Pada tahun 1950an, Hellerstein mempresentasikan metodologinya untuk rehabilitasi komprehensif pada pasien yang telah sembuh dari suatu kejadian kardiak akut. Ia menerapkan pendekatan multidisipliner pada program rehabilitasi. Pendekatan ini yang kemudian diadopsi pada program rehabilitasi kardiak di seluruh dunia. Walaupun dengan banyaknya kemajuan, ide orisinil Hellerstein tidak banyak berubah secara bermakna. Akan tetapi, akibat demografi pasien yang berubah-ubah, kebanyakan pasien sekarang memiliki kesempatan mendapatkan keuntungan yang diberikan oleh rehabilitasi kardiak. Intervensi multifaktor termasuk, modifikasi faktor resiko agresif, telah menjai bagian dari rehabilitasi kardiak sekarang ini.

Definisi

Menurut US Public Health System (USPHS), program rehabilitasi kardiak didefinisikan sebagai program yang terdiri dari hal-hal dibawah ini :
a. Evaluasi Medis
b. Latihan Pilihan
c. Edukasi
d. Konseling pada pasien dengan penyakit jantung
Rehabilitasi kardiak harus bersifat komprehensif sekaligus ekslusif (berbeda untuk masing-masing individu).

Tujuan utama dari program rehabilitasi kardiak adalah :

A. Tujuan Jangka Pendek
- Mengembalikan kondisi pasien sedapat mungkin sehingga pasien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya sebelum sakit
- Mengurangi efek fisiologik dan psikososial dari penyakit jantung
- Menurunkan resiko cardiac arrest mendadak atau reinfark
- Mengendalikan gejala penyakit jantung

B. Tujuan Jangka Panjang
- Mengidentifikasi dan penanganan faktor resiko
- Menstabilkan atau menurunkan proses atherosklerotik
- Meningkatkan status psikologis pasien

Tujuan

Identifikasi pasien dengan resiko rekurensi kejadian kardiak merupakan inti untuk memformulasi strategi medik, invasif, dan rehabilitatif untuk mencegah rekurensi tersebut. Pasien dengan resiko rendah dan moderat biasanya menjalani rehabilitasi lebih awal. Tujuan utama dari rehabilitasi kardiak adalah :

* Menurunkan dampak patofisiologik dan psikososial dari penyakit jantung
* Menurunkan resiko terjadinya reinfark atau kematian mendadak
* Menurunkan gejala kardiak
* Mengurangi terjadinya atherosclerosis dengan menjalankan program latihan olahraga, edukasi, konseling, dan penurunan faktor resiko
* Mengintegrasikan kembali pasien penyakit jantung pada status fungsional optimal dalam keluarga dan sosial

Rehabilitasi kardiak secara konsisten menunjukkan perbaikan pada toleransi aktivitas dan psikososial yang baik tanpa peningkatan resiko komplikasi yang bermakna

Tujuan jangka pendek rehabilitasi kardiak yaitu mengembalikan keadaan fisik, psikologis, dan social. Sementara tujuan jangka panjang yaitu mempromosikan perilaku hidup jantung sehat yang akan mengarahkan seseorang dapat kembali pada produktivitas dan aktivitas sehari-hari yang menyenangkan.

Rehabilitasi kardiak sama bermanfaat bagi pria dan wanita. Pasien lansia juga dapat memperoleh manfaat bermakna dari program rehabilitasi

Penerapan

The Agency for Health Care Policy and Research (AHCPR); the American Association of Cardiovascular and Pulmonary Rehabilitation (AACVPR), dan National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI) telah mengenal beragam tingkat kesadaran dan pemahaman mengenai peran rehabilitasi kardiak pada dokter, penyedia jasa kesehatan lainnya, pembayar pihak ketiga, dan pasien dengan penyakit jantung.

Pada masa lalu, ditemukan bahwa hanya 11% dari pasien dengan kejadian koroner akut yang mengikuti program rehabilitasi. Akan tetapi, terdapat bukti tingkat partisipasi sekarang ini telah meningkat. Sekitar 38% pasien US dan 32% pasien dari Kanada yang terlibat dalam Penerapan Streptokinase Global dan t-PA untuk Penelitian Arteri Koroner Oklusif juga mengikuti program rehabilitasi.

Fisiologi Latihan dan Manfaat Kardiovaskuler

Vasodilatasi koroner sangat dipengaruhi oleh bioavailibilitas nitic oxide (NO), dimana diproduksi oleh aktivitas enzim NO synthase yang dikeluarkan endothel dan dimetabolisme oleh spesies oxygen reaktif. Keseimbangan ini akan terganggu pada pasien dengan CAD. Bentuk gangguan pada produksi NO, disertai dengan stress oxidatif yang tinggi, menghasilkan berkurangnya sel endothelial akibat apoptosis. Aggregasi lebih lanjut dari disfungsi endothel berlangsung, yang akan memicu iskemik myokard pada seseorang dengan CAD. Pada seseorang yang sehat, peningkatan pelepasan NO dari endothel sebagai respon latihan olahraga terjadi akibat perubahan ekspresi NO sinthase endothellial, fosforilasi, dan pembentukannya

Dengan proses serupa, latihan olahraga telah memiliki peran yang terbukti dalam rehabilitasi kardiak pada pasien CAD, karena dapat menurunkan mortalitas dan meningkatkan perfusi myokard. Hal ini sangat berkaitan dengan koreksi latihan olahraga disfungsi endotel koroner. Pada seseorang dengan CAD, aktivitas fisik reguler mengakibatkan terjaganya keseimbangan antara produksi NO oleh NO synthase dan inaktivasi NO oleh spesies oxygen reaktif, sehingga akan meningkatkan kapasitas vaskuler pada beberapa struktur vaskuler
Karena disfungsi endotel diidentifikasi sebagai prediktor kejadian kardiovaskuler, penurunan parsial disfungsi endotel yang diperoleh dari aktivitas fisik reguler sepertinya menjadi alasan fisiologis mengapa latihan olahraga dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas cardiovaskuler pada pasien CAD.

Outcome

Perawatan kardiak terkini telah sangat mengurangi mortalitas kejadian akut koroner dini sehingga latihan olahraga lebih lanjut, sebagai suatu intervensi tersendiri, tidak dapat menyebabkan penurunan bermakna pada mortalitas dan morbiditas. Akan tetapi, latihan olahraga mempunyai potensi sebagai katalis untuk mempromosikan aspek rehabilitasi lainnya, termasuk modifikasi faktor resiko melalui terapi perubahan gaya hidup dan optimalisasi dukungan psikososial. Sehingga, output dari rehabilitasi kardiak dapat meningkatkan kualitas hidup, seperti persepsi pasien mengenai perbaikan fisik, kepuasan dengan perubahan faktor resiko, penyesuaian psikososial dalam peranan interpersonal, dan potensi kemajuan pada tempat kerja menyesuaikan dengan keterampilan pasien.
Serupa dengan hal tersebut, diantara pasien lanjut usia, rehabilitasi kardiak kemungkinan dapat meningkatkan kemandirian fungsional, pencegahan disabilitas dini, dan penurunan kebutuhan perawatan. Walaupun dengan data yang terbatas, pria dan wanita yang lebih tua telah menunjukkan perbaikan pada toleransi aktivitas serupa dengan pasien yang lebih muda yang berpartisipasi program latihan yang sama. Dengan tambahan, tingkat keamanan latihan olahraga pada program rehabilitasi kardiak, seperti yang telah diteliti pada 4500 pasien, dapat diterima dan diterapkan.

Pelayanan rehabilitasi kardiak merupakan intervensi yang efektif dan aman. Pelayanan ini tidak diragukan sebagai suatu komponen penting dari penanganan kontemporer dari pasien dengan manifestasi penyakit jantung koroner dan gagl jantung.

Pemilihan Pasien

Rehabilitasi kardiak memiliki tujuan jangka panjang dan pendek yang dapat tercapai melalui latihan, edukasi, dan konseling. Pasien pada umumya dibagi menjadi

- Pasien beresiko rendah yang mengalami kejadian kardiak
- Pasien yang telah menjalani operasi bypass
- Pasien dengan angina pektoris stabil yang kronik
- Pasien yang telah melakukan transplantasi jantung
- Pasien yang telah menjalani angioplasti koroner perkutaneus
- Pasien yang belum pernah mengalami kejadian kardiak akan tetapi beresiko karena memiliki profil faktor resiko yang tidak diinginkan
- Pasien dengan gagal jantung yang stabil
- Pasien yang telah menjalani bedah kardiak non-koroner
- Pasien dengan penyakit jantung yang stabil akan tetapi memburuk akibat penyakit lain yang terjadi bersamaan

Kamis, 23 Oktober 2008

Kelemahan Otot

Intervensi Rehabilitasi Medik Pada Pasien dengan Kelemahan Otot

Kebanyakan penyakit yang melibatkan neuromuskuler tidak dapat disembuhkan. Akan tetapi, program rehabilitasi yang efektif dapat mempertahankan kualitas hidup pasien, dengan memaksimalkan fungsi fisik dan psikososial pasien. Program rehabilitasi yang efektif dapat pula meminimalisir komorbiditas medis sekunder, mencegah atau membatasi deformitas fiik, dan membantu pasien berintegrasi dengan sosial. Modalitas terapi seperti jangkauan pergerakan, beserta penggunaan tongkat dan intervensi invasif tepat, dapat memperpanjang ambulasi.

Kelemahan otot skeletal merupakan permasalahan klinis yang paling besar pada kebanyakan penyakit neuromuskuler. Beberapa penelitian telah mendokumentasikan efek latihan sebagai alat bagi pasien memulihkan kekuatan ototnya. Pada penyakit neuromuskuler yang berkembang secara perlahan, 12 minggu latihan resistensi moderat (30% dari latihan isometric) meningkatkan kekuatan mulai dari 4-30%, tanpa efek samping yang bermakna. Akan tetapi, pada populasi yang sama, latihan resistansi tinggi selama 12 minggu tidak memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan program latihan resistansi moderat dan bukti terjadinya kelemahan akibat beban berat ditemukan pada beberapa subjek.


Stimulasi elektrik fungsional biasanya diberikan pada tungkai dan lengan untuk meningkatkan kekuatan otot, memicu dan meningkatkan jangkauan pergerakan, membantu penanganan edema perifer pada stroke dengan kontraksi otot isotonic, dan memperbaiki sensor proprioseptif sendi pada pasien dengan penurunan kemampuan sensorik. Stimulasi elektrik ini biasanya digunakan pada pasien dengan kekuatan otot yang minimal (Pemeriksaan Otot Manual dengan derajat 0-1), sebelum pasien menjalani latihan program rehabilitasi yang lebih tinggi tingkat resistensinya.


Rehabilitasi sebaiknya mengarahkan secara langsung pada pelatihan keterampilan dan fungsional. Terapi sebaiknya diberikan dengan intensitas yang memadai untuk mencapai target yang diinginkan. Program rehabilitasi medik yang diperlukan untuk memulihkan kekuatan otot adalah dalam bentuk terapi fisik dan terapi okupansional


Terapi fisik bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot, jangkauan pergerakan, mobilisasi, dan beberapa teknik kompensasi. Pelatihan fisik pada otot yang mengalami kelemahan dapat dibagi dalam tiga bentuk yaitu :
1. Latihan pergerakan pasif, yaitu pasien hanya mengandalkan seorang fisioterapi yang menggerakkan tungkainya tanpa ada usaha dari pasien
2. Latihan semiaktif, yaitu pasien melatih tungkainya dibantu dengan seorang fisioterapis yang menggerakkan tungkai tersebut
3. Latihan aktif, yaitu pasien berperan penuh terhadap pelatihan tungkainya tanpa bantuan dari fisioterapis. Fisioterapis hanya memandu pergerakan yang perlu dilakukan dalam latihan aktif.


Terapi okupansional tidak secara langsung membantu pasien memulihkan kekuatan otot tungkai namun diperlukan pasien untuk dapat mengerjakan aktivitas hidup sehari-hari yang mendasar (mis, mandi, berpakaian, makan, berkemih, dan bergerak). Kapasitas seseorang dalam mengerjakan aktivitas ini biasanya dihitung dengan menggunakan rangking skala disabilitas. Terapi okupansional pada tungkai biasanya baru dapat dikerjakan jika kekuatan otot pada pemeriksaan tes otot setidaknya telah mencapai derajat 4.


Terapi sosial dan psikologis diberikan untuk meningkatkan optimisme dari pasien sehingga motivasi untuk melakukan program secara tuntas dan teratur meningkat. Selain itu dukungan dari keluarga dan kerabat diyakini dapat membuat kondisi yang semakin kondusif bagi pasien untuk dapat sembuh.

Selasa, 21 Oktober 2008

Kegemukan

Pemakan Cepat Lebih Cepat Gemuk

Penelitian: Orang Dewasa yang Makan dengan Cepat dan Sampai Kenyang Memiliiki Kecendrungan Menjadi Overweight 3 Kali Lebih Besar
By Miranda Hitti
WebMD Health News
Translated by Husnul Mubarak

Oct. 21, 2008 -- Ingin mengurangi berat badan?Makan dengan lambat dan berhenti sebelum kenyang dapat membantu

Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa pemakan cepat yang makan hingga kenyang kemungkinan 3 kali kemungkinannya untuk menjadi overweight daripada pemakan lambat yang berhenti makan sebelum kenyang.

Penelitian ini dipublikasi oleh BMJ, British Medical Journal.

Sekitar 3,300 Orang Dewasa Jepang turut serta dalam penelitian ini. Mereka ditanyakan mengenai kecepatan makan dan apakah mereka sering makan hingga mereka kenyang dan berat dan tinggi badannya diukur.

Kebanyakan peserta tidak overweight. IMT mereka normal

Kecendrungan untuk menjadi overweight 3 kali lebih besar pada mereka yang dilaporkan makan dengan cepat dan hingga kenyang dibandingkan dengan seseorang yang makan dengan lambat dan mendorong piringnya sebelum kenyang.

Penemuan ini tidak mempertimbangkan faktor umur peserta dan apakah mereka berolahraga secara rutin. Peneliti menduga faktor-faktor ini kemungkinan memiliki pengaruh.

Penelitian ini hanya melibatkan orang dewasa, namun ide yang bagus jika penelitian serupa dilakukan pada anak-anak, menurut editorial yang dipublikasikan dengna penelitian ini.

Editorial meminta orang tua jangan mendorong anak untuk makan lebih banyak, namun memberikan makanan dengan cara yang meningkatkan keinginan anak untuk berhenti makan jika sudah kenyang. "Anak yang sehat tidak kelaparan" , begitu kata editor, Elizabeth Denney-Wilson, PhD, MPH, Peneliti pada Australia's University of New South Wales.

Jumat, 17 Oktober 2008

Osteoarthritis

Terapi Okupansi untuk Osteoarthritis
dikutip dari http://www.physorg.com/news141887420.html dan diterjemahkan oleh Husnul Mubarak, S.Ked

Aktivitas fisik merupakan merupakan dasar dari setiap gaya hidup yang sehat –dan terutama untuk individu dengan osteoarthritis karena latihan dapat menjaga kesehatan sendi yang baik, meringankan gejala, dan mencegah penurunan status fungsional. Akan tetapi disadari bahwa osteoarthritis membuat aktivitas fisik, seperti berolahraga menjadi lebih sulit dikerjakan.

Tetapi dengan pendekatan dari seorang okupansional terapis – disebut sebagai latihan strategi aktivitas – dapat memberikan peluang bagi pasien dengan osteoarthritis pada lutut dan pinggul untuk dapat memiliki kehidupan yang lebih aktif bahkan memperbaiki kesehatannya secara keseluruhan, menurut suatu penelitian terbaru yang dipimpin oleh peneliti dari University of Michigan.


Pada penelitian awal, peneliti menemukan bahwa pasien yang terlibat dalam latihan strategi aktivitas beserta dengan olahraga teratur akan meningkatkan aktivitas fisiknya, lebih baik dibanding mereka yang hanya berolahraga secara teratur dan dengan sesi edukasi kesehatan. Hasil penelitian ini telah dipublikasi pada majalah Arthritis & Rheumatism edisi Oktober 2008.

“Terapi okupansional merupakan suatu komponen yang hilang dalam upaya meningkatkan kesehatan pada individu dengan osteoarthritis lutut dan pinggul” kata pemimpin penelitian, Susan L. Murphy, Sc.D., OTR, asisten professor pada Department of Physical Medicine and Rehabilitation di Michigan University Medical School dan Spesialis penelitian ilmu kedokteran pada VA Ann Arbor Healthcare System.

”Kebanyakan individu dengan osteoarthritis ingin menjadi aktif, namun sering menyadari bahwa mereka memiliki hambatan fisik untuk menjadi aktif. Misalnya, seseorang dengan osteoarthritis selalu berurusan dengan nyeri dan keletihan, yang akan membuat aktivitas fisik regular menjadi lebih sulit. Dengan tambahan, terdapat pula hambatan di rumah dan komunitas penderita yang membuat aktivitas fisik semakin sulit,” lanjutnya.

Untuk alasan tersebut, Murphy berkata bahwa penelitian pilot menggunakan latihan strategi aktivitas pada kelompok dan pada tempat – seperti rumah berfasilitas khusus bagi lansia – dimana hambatan dapat diatasi dan solusi berpotensial dapat ditemukan

Dilatih oleh seorang terapi okupansi, program rehabilitasi terstruktur ini didesain untuk mengedukasi pasien mengenai proteksi sendi, mekanika tubuh yang baik, kecekatan beraktivitas, dan barrier lingkungan. Sebagai contoh, pasien dengan nyeri sendi yang disebabkan oleh osteoarthritis belajar mengenai teknik berjalan disekitar rumah atau diluar rumah, bahkan masuk dan keluar mobil. Untuk penelitian awal, latihan strategi aktivitas terdiri dari edukasi, diskusi kelompok, kunjungan rumah, dan demonstrasi teknik untuk memfasilitasi aktivitas.

Akan tetapi, latihan strategi aktivitas ini jarang disarankan pada pasien dengan osteoarthritis lutut dan pinggul, suatu penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan pada kartilago di sendi. Kebanyakan program aktivitas fisik untuk pasien ini hanya menyediakan latihan terstruktur yang seringkali hanya memberikan efek positif jangka pendek pada nyeri arthritis dan disabilitas fisik. Namun efek ini kemudian seringkali memudar setelah partisipasi dalam program berakhir.

Pada penelitian ini, kedua kelompok berpartisipasi pada program latihan berstruktur yang sama. Akan tetapi, hanya subjek yang menerima latihan strategi aktivitas yang terbukti meningkatkan intensitas aktivitas fisiknya pada akhir penelitian dibandingkan dengan subjek yang menerima edukasi kesehatan.
Walaupun hasilnya menjanjikan, Murphy mengatakan diperlukan lebih banyak penelitian agar program ini dapat diterapkan pada kelompok yang lebih besar dan efek jangka panjang harus dapat diteliti agar teknik ini dapat diterapkan dalam prosedur tetap.

Namun, Murphy tetap mendorong para pasien dengan osteoarthritis lutut dan pinggul untuk mencari peluang dalam meningkatkan dan memperluas aktivitas fisik harian mereka dan untuk memperbaiki sikap kesehatan secara menyeluruh.

"Seseorang dengan osteoarthritis cenderung mengetahui lebih banyak mengenai pilihan operasi dan sedikit mengenai menemukan cara bagaimana mereka dapat berperan aktif dalam mempromosikan kesehatan mereka dengan latihan-latihan terpadu dan berstruktur “ Jelas Murphy. “Seseorang dengan osteoarthritis perlu menjadi agen perubahan bagi diri mereka sendiri. Mereka dapat melakukan banyak untuk mengatasi gejala dan mencegah penurunan fungsional dengan hanya menjadi lebih aktif secara fisik. Kesimpulannya latihan strategi aktivitas bertujuan menemukan cara untuk membantu mereka menciptakan dan menjaga kebiasaan sehat ini.”

Selasa, 07 Oktober 2008

Kedokteran Fisik Rehabilitasi Medik

Mimpi Saya, Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
Husnul Mubarak,S.Ked

Saya (penyusun blog.red) adalah seorang dokter muda yang hidup dengan ratusan bahkan ribuan mimpi, akhir-akhir ini saya sangat tertarik pada kedokteran fisik dan rehabilitasi medik dan ketertarikan saya terhadap bidang kedokteran ini sangat besar hingga menjadikan profesi sebagai seorang fisiatrist (sebutan untuk dokter spesialis kedokteran fisik - rehabilitasi ) salah satu prioritas mimpi dari banyak mimpi-mimpi lainnya.

Sebenarnya motif saya menjadi seorang fisiatris berdasar dari kekaguman saya kepada fisiatris yang dapat menyehatkan orang yang cacat, membuat mereka dapat berfungsi kembali seakan mereka tidak mengalami kecacatan, memandirikan mereka yang telah berusia lanjut, membuat seorang yang tak dapat berjalan karena penurunan kekuatan otot dapat berjalan kembali, dan membuat mereka merasa "sehat" atas "kesakitan" yang sebenarnya tidak dapat "disembuhkan". Sehat dan Sembuh berbeda. Seseorang yang sembuh dari "sakit" belum tentu merasa sehat, begitupula dengan sehat, seseorang yang merasa sehat belum tentu sembuh dari penyakitnya. Kesehatan (dalam pandangan kedokteran integratif) merupakan suatu tingkat dimana seseorang tidak memiliki keluhan atas keadaan (fisik) yang dialaminya. Hal inilah yang ingin dicapai oleh seorang fisiatris.

Menurut saya, rehabilitasi medik merupakan suatu ilmu yang revolusioner , ilmu yang melihat seorang pasien sebagai individu yang merasa "tidak sehat" bukan melihat seorang pasien sebagai individu yang memiliki organ atau bagian tubuh yang sakit, sehingga pendekatan fisiatrik mencakup banyak faktor intrinsik dan ekstrinsik dari pasien tersebut, tidak hanya kepada organ yang sakit tetapi melibatkan faktor seperti faktor fungsional, psikologis, sosial, hingga spiritual. Sehingga tujuan akhirnya seorang fisiatris dapat menyembuhkan dan menyehatkan pasien tersebut secara integratif-holistik. Ilmu ini juga sangat luas, hampir seluruh penyakit membutuhkan rehabilitasi, mulai dari rematik hingga disfungsi ereksi, mulai dari autisme hingga kecanduan narkoba. Modalitas terapinya pun sangat luas, mulai dari terapi akupunktur hingga terapi laser.

Kedokteran fisik sendiri merupakan suatu ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena fisika yang kemudian dapat diterapkan untuk terapi dan peningkatan kualitas hidup seorang pasien. Dari penjelasan mengenai fenomena fisika saya dapat beropini bahwa ilmu ini merupakan ilmu yang sophisticated, Ilmu yang canggih yang membuat pemiliknya harus dapat berpikir logis - rasional mengenai komponen dari suatu fenomena fisika yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagai terapi. Sebut saja terapi air, terapi panas, terapi listrik, hingga terapi laser merupakan "senjata" seorang fisiatris dalam menyehatkan dan menyembuhkan pasien-pasiennya. Mungkin masih banyak fenomena-fenomena fisika yang hingga sekarang belum terungkap "khasiatnya".

Seorang fisiatris merupakan seseorang yang diharapkan dapat memiliki kemampuan dalam beberapa aspek yaitu fisioterapi, speech therapy, okupansional therapy, perawatan rehabilitasi, pekerja sosial masyarakat, psikologis dan rohaniawan. Dalam suatu pusat kesehatan dengan sarana-prasarana rehabilitatif yang lengkap, seluruh aspek tersebut memiliki pakarnya masing-masing dan mereka tergabung dalam suatu tim atau kelompok yang dipimpin oleh seorang fisiatris. Kekosongan pakar dari tiap aspek tersebut menjadi tanggung jawab bagi seorang fisiatris dengan kemampuan integratifnya untuk dapat menggantikannya.

Kendala dari bidang ini adalah masih minimnya pengetahuan dan kesadaran dari sejawat mengenai bidang ini sehingga tidak mengetahui kapan dan mulai dimana peran dari seorang fisiatris dalam menangani pasien, sehingga seringkali pasien terlambat dirujuk dan kecacatan yang dialaminya menjadi lebih berat untuk direhabilitasi. Akan tetapi seiring dengan kemajuan pendidikan bidang kedokteran, diharapkan nantinya para dokter dapat memanfaatkan fisiatris sebagai partner mereka dalam menyempurnakan pelayanan kesehatan kepada seorang sakit, yaitu dengan rehabilitasi.

Semoga mimpi saya ini bertahan hingga saya menjadi dokter karena mimpi-mimpi lain dapat saja tiba-tiba menyeruak dan menggantikan mimpi yang saya miliki sekarang. Akan tetapi, saya merasa walking on the right track untuk dapat mempertahankan mimpi tersebut. Sekarang saya sedang membuat penelitian mengenai perbaikan kekuatan otot ekstremitas bawah pada pasien yang menjalani program rehabilitasi medik. Saya juga berencana setelah semua tugas stase bagian selesai, sebelum saya disumpah menjadi dokter, saya ingin membuat kepaniteraan sendiri di bagian Instalasi Rehabilitasi Medik (IRM) RSUP WS, saya telah berdiskusi dengan seorang fisiatris (satu-satunya di Makassar), dr. Asmaun Najamuddin, Sp.KF-R yang juga kepala IRM, ia menyambut dan mendukung mimpi saya dan sepertinya mudah bagi saya untuk dapat menjadi satu-satunya dokter muda yang bertugas dibagian IRM RSUP Wahidin Sudirohusodo. Setelah disumpah menjadi dokter, maka saya berencana menjadikan PPDS KF-R Universitas Indonesia menjadi sekolah berikutnya. Namun, sebelum menjadi residen PPDS KF-R kemungkinan saya juga berencana menjadi dosen di FK Unhas (ini termasuk Mimpi saya yang lain)

Semoga para pembaca menjadi saksi akan ambisi dini seorang dokter muda ini dan jika di masa depan kalian melihat penulis telah menjadi seorang fisiatris, maka kalian yakin bahwa bukanlah nasib yang membuatnya seperti itu akan tetapi mimpinyalah yang merubah nasibnya.

Senin, 06 Oktober 2008

Herpes Virus Genital

Setengah Miliar Orang dengan Herpes Virus Genital
WHO Pertama Kali Mempublikasi Perkiraan Global Penderita Infeksi Herpes Virus Simpleks Tipe 2
By Miranda Hitti
WebMD Health News
Translated by Husnul Mubarak,S.Ked

Oct. 1, 2008 -- Lebih dari setengah miliar penduduk telah terinfeksi dengan herpes simpleks tipe 2, virus yang paling banyak menyebabkan kasus herpes genital dan kasus baru mendekati 24 juta kasus tiap tahunnya.

Fakta ini berdasarkan dari perkiraan global pertama pada prevalensi (jumlah total kasus) dan insidensi (jumlah kasus baru) dari infeksi herpes simpleks virus tipe 2 (HSV-2)

Inilah perkiraan tersebut, yang dipublikasikan oleh Bulletin of the World Health Organization dan berdasarkan kumpulan penelitian dari seluruh dunia yang dipublikasikan pada tahun 2003 :

* 536 juta populasi berumur 15-49 tahun telah terinfeksi HSV-2. Jumlah tersebut merupakan
16% dari total populasi penduduk dengan kelompok umur demikian.
* Setiap tahun, 23.6 juta penduduk berumur 15-49 telah terinfeksi dengan HSV-2.

Perkiraan ini hanya berfokus pada HSV-2 diantara penduduk dengan kelompok umur 15-49 tahun; dara berasal dari kumpulan penelitian yang di[ublikasi pada tahun 2003. Herpes genital dapat pula disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1), namun HSV-1 lebih sering menginfeksi mulut dan HSV-2 biasanya menginfeksi daerah genital. HSV-2 biasanya menyebar melalui seks; dapat pula ditularkan kepada bayi pada saat persalinan dari ibu yang terinfeksi

Kebanyakan orang yang terinfeksi HSV-2 tidak mengetahui bahwa mereka telah terinfeksi dan tidak memiliki gejala apapun, hal demikian ditemuan oleh peneliti, yang bekerja pada Imperial College London dan World Health Organization (WHO).

Prevalensi HSV-2 lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria dan bervariasi tiap regional dunia. Prevalensi kejadian pada pria terendah pada Eropa Barat (13%) dan prevalensi wanita tertinggi (70%) pada daerah Afrika sub-Saharan .

Peneliti memperingatkan penduduk bahwa perkiraan ini "sebaiknya tidak dianggap definitif", karena beberapa region memiliki sedikit penelitian infeksi HSV-2 untuk dianalisa

Kardiologi Preventif Statin

Statin dalam Kardiologi Preventif
Original Article from New England Journal of Medicine Translated by Husnul Mubarak,S.Ked

Penemuan statin oleh Akira Endo dan rekan pada tahun 1976 membuka pintu terhadap era kardiologi preventif. Pentingnya penemuan ini baru saja diberikan penghargaan pada tahun 2008 Albert Lasker Clinical Medical Research Award. Dengan menghambat biosintesis kolesterol endogen, statin menurunkan kadar kolesterol yang meningkat didalam darah lebih efektif dibandingkan diet dan regimen obat yang tersedia sebelum penemuan yang dilakukan Endo. Hal yang lebih menguntungkan lagi, statin telah terbukti tidak memiliki efek samping yang bermakna.

Hipotesis bahwa peningkatan kadar kolesterol darah merupakan penyebab penting terjadinya atherosclerosis dan penyakit jantung koroner - hipotesis "lipid" - dahulu kontroversial selama beberapa tahun. Skeptisme mengenai hipotesis tersebut tetap bertahan pada beberapa tempat walaupun telah banyaknya bukti pendukung dari penelitian eksperimental pada hewan percobaan, penemuan menarik pada hubungan keluarga dengan riwayat hiperkolesterolemia, korelasi epidemiologik, dan beberapa uji klinis sederhana (namun tetap impresif). Akan tetapi, pada tahun 1960 kebanyakan para pakar dalam penelitian lipoprotein dan atherosclerosis telah yakin bahwa bukti yang terkumpul cukup menjustifikasi mereka untuk menekan kejadian penyakit jantung dengan menurunkan kadar kolesterol kolesterol darah.

The American Heart Associa­tion kemudian merekomendasikan perubahan pola makan untuk mengendalikan kadar kolesterol darah dimulai pada tahun 1960. Mengandalkan diet saja, terbukti tidak cukup pada kasus yang berat, dan obat yang tersedia kala itu memiliki efektivitas yang terbatas. Perusahaan obat berusaha untuk mengeksplorasi metode yang berpotensial untuk intervensi ini, namun eksplorasi ini bukan menjadi prioritas utama mereka. Cholestyramine, penghambat reabsorbsi asam empedu, merupakan obat yang lebih efektif yang dapat digunakan, akan tetapi tidak menyenangkan untuk dikonsumsi, dan memiliki komplians yang buruk. Akan tetapi, National Institute of Health mencoba menyelesaikan Penelitian Preventif Koroner Primer (Coronary Primary Prevention Trial) -merupakan uji klinis selama 7 tahun bersifat tersamar ganda (double blinded)- menggunakan Cholestyramine pada 3800 pria dengan hypercholesterolemia. Penelitian ini memperlihatkan penurunan sebesar 20% yang barmakna pada penyakit jantung koroner yang fatal dan infark myokard nonfatal. Dengan penemuan ini, NIH mengumpulkan panel konsensus untuk mengulas semua data yang relevan. Berdasarkan hasil dari panel ini, pada tahun 1985, NIH mendeklarasikan bahwa menurunkan kadar kolesterol darah menjadi tujuan kesehatan masyarakat utama. Pencarian terhadap agen penurun lemak diintensifkan namun kontroversi mengenai peranan kolesterol tetap saja berlanjut.

Menurunkan kolesterol darah dengan cara menghambat biosintesis kolesterol endogen telah terlihat memungkinkan dilakukan seperti yang ditunjukkan oleh uji hewan percobaan dan pada tahun 1960, banyak perusahaan mencari molekul yang dapat menghambat 1 dari 30 lebih langkah sintesis kolesterol dari acetyl-coenzyme A (CoA). Lusinan bahkan ratusan homolog molekul (yang kemungkinan berperan sebagai mimik nonfungsional) yang dapat mengintervensi pada langkah tersebut telah disintesis. Hanya beberapa dari molekul tersebut yang efektif pada sistem bebas sel, dan sangat sedikit yang dapat efektif secara in vivo dan kebanyakan gagal pada tingkat klinis.

Pada tahun 1971, Endo, seorang penemu muda dari Perusahaan Farmasi Sankyo dari Tokyo, berspekulasi bahwa beberapa jamur berpotensi menghambat pertumbuhan mikroba dan beberapa lainnya berpotensi untuk menghambat sintesis kolesterol. Sankyo memiliki program utama untuk mengkultur jamur untuk penisilin yang lebih baik dan Endo kemudian secara sistematis menilai setiap kultur tersebut untuk menilai potensi kemampuan jamur untuk menghambat sintesis kolesterol. Selama 2 tahun hasilnya selalu mengecewakan. Setelah melakukan 6000 tes Endo berhasil mengidentifikasi kultur yang diinginkan. Seperti yang ia laporkan pada tahun 1976, kultur dari Penicillium citrinum mengandung komponen ML-236B, yang dalam konsentrasi rendah sebesar 0,01 μg per milliliter , dapat menghambat perubahan asetat menjadi kolesterol, mengurangi derajat sintesis kolesterol hingga 50%. Namun kontrasnya, ML-236B tidak dapat menghambat perubahan dari asam mevalonat, penemuan yang mengindikasikan bahwa aksi inhibisi ML-236B terjadi sebelum tahap 3-hydroxy-3-methylglutaryl (HMG)-CoA reductase, dimana merupakan tahapan yang digunakan untuk membatasi pembentukan kolesterol.
Endo menyadari bahwa struktur inhibitor tersebut mengandung suatu domain yang memiliki kedekatan homolog dengan HMG dan menyimpulkan bahwa ML-236B bekerja secara spesifik pada tahap reduktase HMG-CoA. Komponen ini kemudian diberi nama "compactin", Endo dan rekannya dengan cepat mempertunjukkan kerja dari komponen ini pada beberapa spesies hewan percobaan dan kemudian terbukti efektif pada pasien dengan hiperkolesterolemia heterozigos familial. Pada penyakit yang sulit ditangani ini, Endo berhasil mencapai penurunan kadar plasma kolesterol total sebesar 20 hingga 30%. Telah jelas bahwa senjata baru telah ditambahkan pada prosedur penanganan hiperkolesterolemia


Gambar 1. Tahap sintesis kolesterol yang menjadi fokus inhibisi statin

Sankyo tidak pernah memasarkan compactin (sekarang disebut mevastatin) karena ketakutan akan toksisitasnya walaupun tanpa bukti toksisitas yang jelas. akan tetapi, pentingnya penemuan Endo ini tidak hilang dalam industri farmasi. Merck yang pertama memberanikan diri memasarkan lovastatin dan uji klinis Merck terhadap lovastatin dan simvastatin menjawab semua keraguan mengenai efektivitas dan keamanannya dalam menurunkan kadar kolesterol darah. Walaupun uji klinis terdahulu pada diet atau obat lainnya telah memperlihatkan penurunan yang bermakna pada kasus penyakit jantung tahap akhir, uji klinis ini tidak memperlihatkan penurunan pada mortalitas secara keseluruhan. Berbeda dengan uji klinis lovastatin dan simvastatin, yang melibatkan lebih banyak subjek, menunjukkan penurunan yang bermakna - 20 hingga 30% - dari mortalitas keseluruhan, ditambah dengan penurunan angka kematian akibat penyakit jantung. Uji klinis ini pula menunjukkan manfaat yang sama pada pria dan wanita, pada lanjut usia dan remaja, dan pada pasien dengan diabetes atau tidak diabetes. Selain menyebabkan ketidaknyamanan pada otot, yang seringkali cukup berat hingga pemberian obat harus dihentikan, statin terbukti secara umum cukup aman. Terima kasih kepada penemuan statin oleh Endo, hipotesis lipid tidak lagi membuktikan advokasi. Hasil penelitian telah mengungkapkan semuanya.

Bagaimana dengan 70% pasien yang masih mengalami kejadian kardiovaskuler walaupun telah diberikan Statin? Apakah ini pencapaian kita yang paling jauh? Kemungkinan tidak. Jika kita mengkombinasi statin dengan jenis obat lainnya, kadar kolesterol LDL dapat menurun tidak hanya 30% namun hingga lebih 50%. Pakar memprediksi jika penanganan dimulai lebih awal dan intervensi lainnya digunakan untuk menangani resiko yang dapat dimodifikasi, maka efeknya terhadap morbiditas dan mortalitas akan jauh lebih besar. Statin sendiri menciptakan revolusi pada kardiologi preventif, dan obat ini tidak dapat dipungkiri akan terus memiliki peran utama dalam kardiologi preventif di masa depan