Tampilkan postingan dengan label Berita Medika. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita Medika. Tampilkan semua postingan

Rabu, 04 Maret 2009

Plavix dan PPI

Kombinasi Plavix dan PPI Membahayakan Jantung Pasien
Penelitian menunjukkan Resiko Mengkombinasikan Plavix dan Proton Pump Inhibitor
By Salynn Boyles
WebMD Health News
Reviewed by Elizabeth Klodas, MD, FACC
Translated by Husnul Mubarak

March 3, 2009 -- Pasien serangan jantung yang mengkonsumsi obat penurun asam lambung golongan proton pump inhibitor (PPI) seperti Prilosec atau Nexium dengan kombinasi obat antiplatelet seperti Plavix lebih cenderung akan mengalami serangan jantung kedua dibanding pada pasien yang tidak mengkonsumsi PPI, berdasarkan hasil penelitian terbaru.


Penemuan ini mengkonfirmasi beberapa penelitian kecil dan besar lainnya, yang dilaporkan sekitar satu minggu yang lalu, menyatakan bahwa PPI dapat menghambat aktivitas Plavix dalam inhibisi pembekuan darah

Pasien jantung dalam penelitian yang mengkonsumsi Plavix dan PPI memiliki 25% peningkatan resiko kematian atau membutuhkan opname akibat masalah terkait jantung, dibanding pasien yang hanya mengkonsumsi Plavix, demikian yang dikatakan oleh peneliti, P. Michael Ho, MD, PhD dari Denver VA Medical Center. Bahkan setelah memodifikasi faktor lainnya seperti usia pasien dan faktor kesehatan lainnya, penggunaan Plavix dan PPI masih terkait dengan resiko serangan jantung atau perlunya dilakukan tindakan revaskularisasi.

Penelitian ini dipublikasikan pada Edisi Maret dari The Journal of the American Medical Association.

"Sudah jelas bahwa PPI sebaiknya tidak dapat diresepkan pada pasien yang mengkonsumsi clopidogrel kecuali terdapat indikasi yang baik untuk melakukannya," kata Ho kepada WebMD.

PPI Rutin Diberikan dengan Plavix

Selain aspirin, Plavix merupakan obat yang paling sering diresepkan setelah terjadinya serangan jantung atau bagian dari prosedur kelainan jantung seperti unstable angina untuk mencegah pembentukan pembekuan darah yang dapat mengancam nyawa

PPI, seperti Prilosec, Nexium, Prevacid, Aciphex, dan Protonix, seringkali diresepkan untuk mengurangi resiko perdarahan gaster akibat pengobatan antiplatelet

Akan tetapi beberapa penelitian terkini menyatakan bahwa pasien yang mengkonsumsi Plavix dan PPI secara bersamaan meningkatkan resiko rekurensi serangan jantung

Dalam usaha untuk mencari keterangan permasalahan ini, Ho et al mengobservasi lebih dari 8000 pasien yang diberikan penanganan serangan jantung atau unstable angina pada 127 Rumah Sakit Veterans Administration diseluruh negara

Plavix diresepkan kepada seluruh pasien dan 64% pasien diberikan PPI.

Setelah 3 tahun follow-up, sekitar 30% pasien yang mengkonsumsi Plavix disertai PPI meninggal atau diopname akibat penyakit jantung, dibanding dengan 21 pasien yang hanya mengkonsumsi Plavix tanpa PPI.

Mengkonsumsi PPI dan Plavix kapan saja dalam masa follow up, terkait dengan peningkatan kematian dan opname sebesar 25%

Presiden American Heart Association, Timothy Gardner, MD, memberitahu WebMD bahwa sekarang sudah jelas bahwa PPI sebaiknya diresepkan dengan sangat hati-hati pada pasien penyakit jantung yang mengkonsumsi Plavix.

"Jika pasien memiliki riwayat perdarahan saluran cerna, kita mengetahui bahwa Plavix dapat meningkatkan resiko rekurensi," Ia mengatakan. "Kemungkinan kita perlu membatasi penggunaan PPI pada pasien ini dan pasien lain yang memiliki alasan jelas untuk proteksi saluran cerna."

Apakah Semua PPI sama??

Penemuan dari penelitian besar di Kanada, yang dilaporkan akhir Januari, menyatakan bahwa semua PPI tidk sama dalam menginhibisi aktivitas antiplatelet Plavix.

Penelitian ini melibatkan sekitar 13,000 pasien serangan jantung yang ditangani dengan Plavix disertai atau tanpa PPI

Peneliti,David N. Juurlink, MD, PhD, mengatakan kepada WebMD bahwa walaupun kebanyakan PPI sepertinya berinteraksi dengan Plavix, satu-satunya obat -- Protonix (pantoprazole, Wyeth Pharmaceuticals) -- menunjukkan tidak ada bukti penurunan efektivitas obat antiplatelet.

Juurlink mengaku penelitian ini mandiri dan ia tidak diberikan apa-apa dari Wyeth atau pabrik obat lainnya dalam melakukan penelitian ini

"Secara literatur, jutaan orang yang mengkonsumsi Plavix dan aspirin juga mengkonsumsi PPI," ia mengatakan. "Jika pasien yang mengkonsumsi Plavix membutuhkan PPI, akan lebih bijak jika memberikannya Pantoprazol, merujuk dari hasil penelitian ini."

Pada akhir Januari, FDA mengumumkan bahwa Pabrik Plavix, Bristol-Myers Squibb dan Sanofi-Aventis telah menyetujui untuk melakukan penelitian ini untuk mengklarifikasi dampak PPI dan obat lainnya pada evektivitas Plavix pada pasien dengan serangan jantung

"Pasien yang mengkonsumsi clopidogrel sebaiknya berkonsultasi dengan dokternya jika mereka ingin mengkonsumsi PPI, termasuk Prilosic OTC,"

Juru Bicara dari Wyeth Pharmaceutical, Gwen Fisher mengatakan kepada WebMD bahwa perusahaan ini memang menunggu hasil dari penelitian ini

Juru bicara dari AstraZeneca, yang membuat Prilosec dan Nexium, mengatakan pada WebMD, bahwa penelitian prospektif yang lebih terancang dengan baik dibutuhkan untuk mengkonfirmasi efek PPI jika berinteraksi dengan Plavix

"Hingga sekarang, terdapat kesimpulan yang kontradiktif dan keterbatasan ilmiah dalam penelitian mengenai potensi interaksi antara clopidogrel dan PPI," Kata juru bicara AstraZeneca, Blair Hain. "AstraZeneca percaya bahwa sebelum kesimpulan definitif di keluarkan, penelitian prospektif yang lebih membuktikan dan terancang lebih baik sangat diperlukan"

Sabtu, 17 Januari 2009

Kopi dan Demensia


Kopi Dapat Mencegah Demensia ?
Penelitian : Peminum Kopi Moderat Mengurangi Resiko Demensia dan Alzheimer Sebesar 65%
By Bill Hendrick
WebMD Health News
Translated by Husnul Mubarak

Jan. 16, 2009 – Meminum kopi dengan jumlah sedang pada usia menengah dapat mengurangi resiko demensia dan Alzheimer pada masa tua, menurut hasil dari suatu penelitian terbaru.

Peneliti di Finlandia dan Swedia ini telah memeriksa laporan dari 1409 orang dengan mencatat kebiasaan minum kopi ketika mereka berumur 40 – 50 tahun.

Mereka yang meminum tiga hingga lima cangkir perhari pada usia tersebut sepertinya kurang beresiko untuk mengalami demensia atau Alzheimer pada pemeriksaan lanjut dua dekade berikutnya, kata peneliti untuk Journal of Alzheimer Edisi Januari 2009.

"Jika kopi diberikan dalam jumlah yang banyak, hasilnya akan memiliki implikasi yang bermakna untuk mencegah tahap awal demensia/Alzheimer,” sebut Miia Kivipelto pada saat rilisnya berita ini,ia adalah peneliti dari University of Kuopio, Finland dan Karolinska Institutet di Stockholm, Swedia, "Penemuan iin harus dikonfimasi oleh penelitian lainnya, akan tetapi terdapat kemungkinan bahwa intervensi diet dapat memodifikasi resiko demensia dan Alzheimer. Hal demikian dapat membantu perkembangan terapi baru untuk penyakit ini.”

Kopi dan Demensia

Pada penelitian ini, peserta mulai diobservasi pada tahun 1972, 1977, 1982,atau 1987, ketika umur mereka pada usia pertengahan (usia rata-rata 50 tahun), mereka ditanyakan seberapa banyak kopi yang diminum. Kemudian mereka dibagi menjadi tiga kelompok : peminum kopi ringan (nol hingga dua cangkir perhari), peminum kopi moderat (tiga hingga lima cangkir perhari) dan peminum kopi berat (lebih dari lima cangkir perhari).

Dari seluruh peserta penelitian, 15,9% adalah peminum kopi ringan, 45,6% peminum kopi moderat, dan 38,5% peminum kopi berat.

Setelah kurang lebih 21 tahun, 1409 orang yang telah berumur 65 dan 79 tahun diperiksa ulang. Sebanyak 61 diantaranya diklasifikasikan memiliki demensia, dan 48 orang dengan Alzheimer.

Penelitian ini menunjukkan bahwa peminum kopi pada usia pertengahan memiliki resiko demensia atau Alzheimer yang rendah di kemudian hari dibanding orang yang tidak atau kurang meminum kopi. Resiko terendah ditemukan pada kelompok peminum kopi moderat. Peminum kopi moderat memiliki 65 – 70% penurunan resiko demensia dan 62%-64% penurunan resiko Alzheimer dibandingkan dengan peminum kopi ringan.

Pada usia menengah, orang yang meminum kopi paling banyak memiliki kadar kolesterol dan frekuensi merokok tertinggi. Pada masa yang akan datang, peminum kopi ringan memiliki angka kejadian tertinggi terjadinya demensia dan Alzheimer disertai dengan skala depresi tertinggi.

"Kami bertujuan untuk mempelajari hubungan antara konsumsi teh dan kopi pada usia menengah dan resiko demensia/Alzheimer dikemudian hari karena efek jangka panjang caffein pada system saraf belum banyak diketahui dan proses patologik yang mengakibatkan Alzheimer kemungkinan bermulai beberapa decade sebelum manifestasi klinisnya muncul" Lanjut Kivipelto.

Peneliti mencatat bahwa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mengkonsumsi kopi dapat meningkatkan performa kognitif dan caffeine telah dilaporkan mengurangi resiko Penyakit Parkinson.

Peneliti mengatakan belum diketahui sejauh mana kopi dapat memberikan perlindungan terhadap demensia, akan tetapi meminum kopi telah terkait dengan penurunan resiko diabetes tipe 2, yang merupakan salah satu factor resiko demensia. Penelitian berspekulasi bahwa efek tersebut kemungkinan terkait dengan kemampuan antioxidant kopi di dalam darah.

Penelitian ini juga membuktikan bahwa meminum kopi tidak memiliki keterkaitan dengan menurunnya resiko demensia dan Alzheimer.

Jumat, 02 Januari 2009

8 Berita KesehatanTerbaik 2008

8 Berita Kesehatan Terbaik Tahun 2008

Selamat tahun baru 2009, cetrioner!!! Tahun 2008 telah berlalu dan meninggalkan banyak berita yang kemudian dapat mempengaruhi perspektif dan kesejahteraan masyarakat dunia. Termasuk dari aspek kesehatan, banyak hal penting yang terjadi pada tahun ini seperti kontaminasi melamine yang mengejutkan dunia, kemjauan dalam bidang tranplantasi, dan masih banyak lainnya. Berikut 8 Berita Kesehatan terpilih yang terjadi pada tahun 2008 yang dikutip dari WebMD dan BBC-Health

1. Kemajuan Transplantasi Stem cell

Kemajuan penelitian transplantasi stem cell pada tahun ini dapat menjadi revolusi transplantasi organ

Seorang wanita kolombia menerima transplan trakea menggunakan stem cell yang ia miliki sehingga tak akan terjadi reaksi peradangan akibat penolakan jaringan terhadap transplan tersebut. Trachea merupakan organ yang sangat penting bagi pernapasan.

Dokter di rumah sakit di Barcelona, Spanyol, telah menanam stem cell dari Claudia Castillo, 30 tahun, ke dalam trakea yang diambil dari kadaver. Dokter mengatakan bahwa tenggorokan baru tersebut hampit tidak dapat dibedakan dari bronkhus normal pasien tersebut. Transplantasi serupa menggunakan stem cell tikus untuk mentransplantasi jantung tikus di University of Minnesota. Sel yang hidup pada jantung dari tikus yang telah mati dibersihkan dalam suatu proses yang disebut "decelluarization." Sel jantung baru dari bayi tikus disuntikkan kedalam jantung tikus yang telah dibersihkan tersebut dan dibantu memompa dengan pacemaker.

Jaringan tranplant tikus ini juga berhasil ditanamkan pada jantung babi, sehingga membuka kemungkinan menggunakan organ hewan untuk bedah transplan manusia di masa yang akan datang

2. Autism dan Vaksinasi

Debat mengenai penyebab autisme berlangsung hingga menyebabkan persidangan memutuskan memberikan biaya ganti rugi pada keluarga yang anak perempuannya mengalami penyakit ini setelah mendapatkan vaksinasi pada masa kecil.

Selama beberapa tahun, beberapa orang tua meyakini bahwa vaksinasi dapat menyebabkan autisme

Tetapi penelitian yang dipublikasikan New England Journal of Medicine dan ditempat lainnya telah menyimpulkan bahwa tidak ada keterkaitan antara vaksinasi dan autisme. Selain itu, Centers for Disease Control and Prevention, American Academy of Pediatrics, Institute of Medicine dan organisasi medis lainnya telah berulang kali menyatakan bahwa pemberian vaksin aman.

Akan tetapi Divisi Kompensasi Dampak Vaksinasi dari Departemen Kesehatan dan Pelayanan Masyarakat Amerika Serikat menyimpulkan bahwa Hannah Polling, anak yang mengalami autisme telah mengalami keadaan yang "dipicu secara bermakna" oleh vaksinasi dan keluarganya harus mendapatkan biaya ganti rugi.

Hannah mulai mendapatkan masalah setelah mendapatkan 9 imunisasi anak pada tahun 2000, kata ayahnya, Dr. Jon Poling, seorang ahli syaraf dari Georgia

Poling menekankan mereka tidak menentang imunisasi pada anak, mereka hanya menginginkan thimerosal tidak digunakan pada vaksinasi, thimerosal merupakan zat tambahan yang diberikan pada vaksin yang terbuat dari merkuri

PBB kemudian pertama kali menetapkan tanggal 2 April sebagai Hari Autisme Sedunia yang dimulai di tahun 2008

3. Makanan Tercemar

Rempah-rempah dan susu yang tercemar telah menyebabkan penyakit pada ribuan orang, memicu perhatian dunia terhadap keamanan makanan.

Kekhawatiran mengenai keamanan makanan Cina terus dirasakan terutama produk yang tercemar terus membuat kepanikan dan ketakutan dalam kesehatan. Pada tahun 2008, 4 anak bayi meninggal dan lebih dari 53.000 bayi menjadi sakit akibat melamine yang beracun yang ditemukan pada susu formula bayi.

Melamine seringkali digunakan pada plastik, pupuk, dan bahan anti api lainnya. Penyidik mencurigai melamine digunakan sebagai campuran untuk mengencerkan susu dan mengelabui pemeriksaan kualitas. Pihak berwenang menetapkan 22 perusahaan Cina terlibat dalam skandal ini.

Gula-gula White Rabbit, coklat Cadbury dan Lipton Milk Teas yang dijual di Asia kemudian ditarik dari pasaran. FDA kemudian memblokir impor produk susu dari CIna untuk mencegah masuknya produk yang tercemar ke pasar Amerika Seriat

Perhatian mengenai keamanan makanan tidak terbatas pada cina. Departemen Kesehatan di AS pertama kali mencurigai tomat yang tercemar bakteri salmonella yang mengakibatkan 1400 orang diopname dan kemungkinan turut berperan dalam 2 kematian. Pada akhirnya mereka menyimpulkan bahwa rempah dan jalapeno dari Meksiko yang mengandung salmonella .

4. Transplantasi Wajah

Seorang wanita Amerika dengan wajah yang rusak berat menjadi orang ke empat di dunia yang menerima transplantasi wajah. Transplantasi wajah dipertanyakan scara etis karena merupakan prosedur yang beresiko dan rumit yang bertujuan hanya memperbaiki kualitas hidup bukan menyelamatkan nyawa. Tindakan ini juga memiliki resiko bahwa jaringan resipien akan menolak jaringan transplan, walaupun dokter Klinik Cleveland yang mengeerjakan operasi yang terbaru ini mengatakan tidak melihat tanda-tanda tersebut.

Pasien yang menjalani transplantasi wajah diwajibkan untuk mengkonsumsi obat supresi imunitas untuk mencegah reaksi peradangan terhadap jaringan transplan. Sebagai informasi, seorang pria Cina yang menjadi pasien kedua yang menjalani tranplantasi wajah meninggal akibat sebab yang tidak diketahui pada bulan July 2008.

Identitas dari pasien Amerika ini dan donornya tidak dibeberkan di publik .

5. CPR terbaru

Di Arizona, paramedis mulai menggunakan metode CPR terbaru. Mereka melangkahi tahap pemberian bantuan napas dan mengganti 2 menit kompres dada dengan kejutan listrik tunggal dari defibrilator

Dokter di Arizona melaporkan bahwa prosedur ini telah meningkatkan angka harapan hidup jangka panjang, dimana dari 4,7% menjadi 17,6%

Seseorang yang mengalami Cardiac arrest memiliki oksigen yang larut dalam darah mereka. Masalah utama mereka bukan kekurangan oksigen akan tetapi bagaimana darah tersebut mengalir ke jantung dan otak

"Untuk menyelamatkan nyawa, bukan resusitasi cardiopulmonary yang diperlukan tetapi resusitasi cardiocerebral, anda harus memberi makan otak, bukan paru-paru" Kata Bobrow, direktor pelayanan kegawatdaruratan Arizona dan dokter ahli kegawatdaruratan di Mayo Clinic Hospital. "Itulah mengapa hal yang ditekankan adalah untuk mengalirkan darah dan tidak berhenti melakukannya, bahkan untuk bantuan napas" ia menambahkan

Berminggu-minggu setelah penelitian Arizona dipublikasikan, American Heart Association merevisi prosedur tetap resmi mereka dan mempromosikan resusitasi tanpa bantuan napas sebagai metode yang terpilih untuk orang yang tak terlatih dalam menggunakan CPR

6. Vitamin D - Vitamin of The Year

Vitamin yang terpanas pada tahun 2008 adalah vitamin D. Seseorang dengan defisiensi vitamin D akan rentan terhadap banyak penyakit, mulai dari depresi hingga kanker. Akan tetapi bukti yang telah terkumpulkan bahwa dosis vitamin D yang direkomendasikan pada saat ini kemungkinan belum cukup.

Suatu penelitian yang dipublikasikan bulan Mei, 94% wanita dengan defisiensi vitamin D pada saat penegakan diagnosis kanker payudara akan mengalami penyebaran kanker dan kemungkinan mereka akan meninggal pada 10 tahun yang akan datang 73% lebih besar dibanding dengan wanita dengan kadar vitamin D yang adekuat

Pada penelitian lain yang melibatkan 13.000 pria dan wanita, setelah dilakukan follow up dalam waktu 9 tahun, 1806 meninggal. Peneliti menemukan peningkatan resiko kematian akan sebab apapun sebesar 26% pada subjek penelitian dengan kadar vitamin D yang rendah dibandingkan dengan yang memiliki kadar vitamin D yang lebih tinggi

Bahkan peneliti dari bagian kardiologi pencegahan dari Mid America Heart Institute di Kansas City mengatakan " Defisiensi Vitamin D merupakan faktor resiko kardiovaskuler, yang sebaiknya diperiksa pada pasien dengan resiko kardiovaskuler lainnya dan harus dapat ditangani"

Vitamin D mudah diperoleh dan suplementasinya dalam bentuk yang mudah, aman, dan murah.

7. Obat Kolesterol : Pertanyaan Baru

Misteri didunia medis bermunculan pada awal tahun 2008 termasuk obat penurun kolesterol, mengapa obat ini gagal mengurangi plak pada arteri

FDA telah mengakui obat kolesterol berdasar dari kemampuan obat tersebut merendahkan kadar kolesterol -- tetapi alasan tersebut bertujuan untuk menurunkan resiko arteri yang tersumbat oleh plak dan penyakit jantung. Akan tetapi Vytorin, kombinasi dari Zocor, statin penurun kolesterol dan Zetia, obat pemblokir kolesterol, sepertinya tidak bekerja lebih baik dibanding hanya Zocor sendiri yang diberikan

"Zetia bekerja hanya memblokir absorbsi kolesterol, akan tetapi telah terbukti bahwa obat ini tidak memberikan keuntungan kesehatan sama sekali," kata Nissen direktur departmen kardiovaskuler di Cleveland Clinic, dan mantan ketua American College of Cardiology." Saya telah ragu mengenai efektivitas obat ini dari awal karena saya tidak yakin mekanisme menurunkan kolesterol yang dimiliki Zetia menghasilkan manfaat yang sama yang kita lihat pada penggunaan statin." ia menambahkan.

Seiring berjalannya waktu, obat penurun kolesterol yang disebut statin (seperti Zocor) sepertinya semakin baik. Peneliti telah mengkonfirmasi bahwa obat tersebut tidak meningkatkan resiko kanker sebagaimana yang ditakutkan oleh para konsumen statin. Mereka juga menemukan bahwa statin menurunkan resiko penyakit jantung pada 50% orang dengan kadar kolesterol normal dan kadar C-reactive protein yang tinggi.

8. Perut Besar Membawa Berita Buruk yang Besar
Lemak pada perut telah lama dikaitkan dengan peningkatan resiko penyakit jantung dan diabetes. Pada tahun 2008 terdapat penelitian penting yang mengaitkan lemak pada perut dan kematian dini.

Kelompok peneliti melibatkan sekitar 360.000 orang Eropa dalam suatu penelitian kesehatan terbesar dan terlama di dunia.

Mereka mendapatkan bahwa seseorang dengan lemak perut yang besar akan melipatgandakan resiko kematian dini dibanding seseorang dengan lemak perut yang lebih rendah. Resiko kematian meningkat seiring meningginya ukuran lingkar perut, tidak peduli apakah peserta penelitian overweight atau tidak. Setiap peningkatan ukuran lingkar perut sebesar 2 inchi terkait dengan peningkatan mortalitas sebesar 17% pada pria dan 13% pada wanita.

Penelitian ini memberikan bukti yang sangat kuat yang mengaitkan lemak perut dengan kematian dini, kata pemimpin penelitian ini, Tobios Pischon,MD. Penelitian ini dipublikasikan dalam The New England Journal of Medicine edisi 12 November. "Penelitian kami membuktikan bahwa kelebihan akumulasi lemak pada bagian tubuh anda akan menempatkan anda dalam resiko kematian bahkan jika berat badanmu dalam keadaan normal," katanya.

Sabtu, 27 Desember 2008

Tidur dan Jantung

Tidur Lebih Lama Akan Menolong Jantung Anda
Penelitian Menunjukkan Seseorang yang Tidur Lebih Lama Maka Kemungkinan Kalsifikasi Pada Arteri Koroner Semakin Berkurang
By Miranda Hitti
WebMD Health News
Reviewed by Louise Chang, MD
Translated by Husnul Mubarak

Dec. 23, 2008 -- Tidur berlebih dapat baik untuk jantung anda, suatu penelitian terbaru telah membuktikannya

Pada penelitian tersebut, Setiap tambahan satu jam tidur berkaitan dengan penurunan kemungkinan kalsifikasi arteri koroner sebesar 33% pada peserta penelitian dalam waktu 5 tahun

Dalam jangka panjang, hal tersebut dapat mengurangi resiko serangan jantung atau "kejadian" kardiak lainnya, walaupun penelitian yang lebih lama dibutuhkan untuk membuktikannya, jelas peneliti dalam The Journal of the American Medical Association.

Mengenai Kalsifikasi Arteri Koroner

Penelitian ini benar-benar mencari kasus kalsifikasi arteri koroner baru diantara sekitar 500 orang dewasa berusia menengah selama periode 5 tahun

Arteri koroner menyuplai otot jantung dengan darah kaya oksigen. Pada penyakit jantung koroner, plaq tertimbun di dalam dinding arteri koroner, mempersempit arteri. Semakin banyak plaq, semakin banyak kalsium ditemukan pada dinding arteri. Sehingga mengukur kalsium koroner dapat digunakan untuk mengukur plaque.

Kebiasaan Tidur

Pada penelitian ini, dilakukan scan pada arteri koroner dari peserta penelitian menggunakan CT-scan pada saat awal dan akhir penelitian.

Peserta juga menggunakan suatu peralatan khusus yang dikenakan pada pergelangan tangan pada awal penelitian untuk mengukur aktivitas mereka, dan memberikan informasi mengenai kebiasaan tidur.

Durasi rata-rata tidur pada peserta peneliti adalah sekitar 6 jam tidur malam. Hanya beberapa orang yang tidur lebih dari 8 jam per malam, dilaporkan oleh Christopher Ryan King, et al dari University of Chicago

Semakin Lama Tidur, Semakin Kurang Kalsifikasi

Pada peserta penelitian dilakukan CT-scan arteri koroner lainnya pada akhir penelitian. Sekitar 12% mengalami kalsifikasi arteri koroner.

Peserta yang tidur lebih lama --yang diukur dengan monitor pada pergelangan tangan -- memiliki kemungkinan mengalami kalsifikasi arteri koroner yang lebih rendah

"Tiap satu jam tambahan tidur menurunkan kemungkinan kalsifikasi sebesar 33%" Tulis tim King.

Penemuan ini mempertimbangkan usia, jenis kelamin, ras, tingkat pendidikan, merokok, dan resiko sleep apnea.

King et al, membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasikan penemuan ini, untuk mempelajari bagaimana durasi tidur berhubungan dengan dengan kalsifikasi arteri koroner, dan mengetahui seberapa lama tidur yang paling baik untuk menurunkan resiko kalsifikasi koroner.

Artikel asli http://www.webmd.com/heart-disease/n...src=RSS_PUBLIC

Rabu, 10 Desember 2008

Tren Kanker

Angka Kematian Akibat Kanker Meningkat 2 Kali Lipat pada Tahun 2030
Laporan Memperkirakan Negara Miskin Akan Mengalami Peningkatan Angka Kejadian Kanker
By Salynn Boyles
WebMD Health News
Reviewed by Louise Chang, MD
Translated by Husnul Mubarak, S.Ked

Dec. 9, 2008 -- Kematian akibat kanker secara global diperkirakan akan meningkat berlipatganda pada dua dekade yang akan datang, peningkatan dramatis kebanyakan pada negara dengan pendapatan menengah kebawah akibat penggunaan tembakau dan gaya hidup yang kebarat-baratan.

Laporan terbaru dari International Agency for Research on Cancer (IARC) mengeksplorasi beban kanker secara global, yang diperkirakan akan menjadi penyebab kematian utama pada tahun 2010

Laporan ini memperkirakan bahwa:

* Pada tahun 2030, 27 juta kasus kanker baru dan 17 juta kematian akibat kanker akan terjadi tiap tahunnya diseluruh dunia. Dibandingkan dengan 12 juta kasus baru kanker dan sekitar 8 juta kematian akibat kanker pada tahun 2007.
* Berdasar dari tren terkini, angka diagnosis kanker kemungkinan akan meningkat 1% tiap tahunnya, begitu pula kematian akibat penyakit ini.
* China, Russia, dan India diperkirakan akan memiliki peningkatan kanker dan kematian akibat kanker.
* Faktor merokok dan gaya hidup seperti obesitas akan mengambil alih infeksi kronik sebagai penyebab kanker terbanyak pada negara dengan pendapatan menengah kebawah

Proyeksi ini sangat berbeda dengan trend kanker yang berkembang di Amerika Serikat.

Suatu laporan yang dipublikasikan pada bulan ini menunjukkan penurunan baik pada insiden kanker dan kematian akibat kankeer untuk pertama kalinya dalam dekade ini.

Hal ini mempertegas fakta bahwa beban kanker sekarang telah bergeser ke negara berkembang, kata IARC Director Peter Boyle, MD, kepada WebMD.

"Empat puluh tahun lalu, kanker merupakan penyakit pada negara-negara industri dengan sumber daya yang kaya," kata Boyle. "Hal ini tidak benar lagi. Dahulu, ketika kita berpikir tentang negara miskin, kita berpikir bahwa penyakit menular sebagai pembunuh terbesar. Akan tetapi tiap tahunnya kebanyakan orang meninggal akibat kanker daripada akibat AIDS, tuberkulosis, dan malaria."

Beban Akibat Kanker Akan Berlipat Ganda

Diseluruh dunia, beban akibat kanker berlipat ganda mulai dari tahun 1975 hingga tahun 2000, dan diperkirakan akan berlipat ganda kembali pada tahun 2020 dan tiga kali lipat hingga 2030.

Boyle mengatakan bahwa pada tahun 1970, hanya 15% kanker terjadi pada negara menengah ke bawah.

Sekarang, lebih dari setengah kasus kanker dan dua pertiga kematian akibat kanker terjadi pada negara-negara ini, dan keadaan tersebut kemungkinan meningkat

Peningkatan jumlah perokok pada negara dengan pemasukan menengah ke bawah, yang dimulai pada tahun 1980 dan awal 1990, merupakan penyebab tunggal utama peningkatan angka kanker yang diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2030.

Memerlukan waktu 40 tahun bagi peningkatan angka perokok untuk dapat tergambarkan pada penyakit akibat rokok seperti kanker dan emfisema, sebut Boyle.

"Perusahaan rokok mulai promosi besar-besaran pada negara-negara berpendapatan menengah kebawah ini pada awal tahun 1990 dan sekitar tahun yang sama kami bekerja sangat aggresif untuk mengurangi penggunaan rokok pada negara barat," katanya .

Menurut laporan tersebut:

* Sekitar 1.3 milliar orang merokok diseluruh dunia.
* Sekitar 12% kanker pada negara pemasukan rendah disebabkan oleh rokok, akan tetapi jumlah tersebut akan meningkat secara bermakna
* Kanker paru paling banyak membunuh dibanding jenis kanker lainnya didunia.

Kanker payudara juga mengalami peningkatan pada negara pendapatan rendah, dimana insidennya meningkat 5% tiap tahunnya

dan Kanker serviks, yang paling mudah dicegah dan ditangani, merupakan penyebab utama kematian akibat kanker diantara wanita yang tinggal di negara miskin, termasuk banyak daerah di Afrika.

Minggu, 07 Desember 2008

Kebahagiaan Menular

Kebahagiaan Dapat Menular!!!
Penelitian Memperlihatkan Jaringan Sosial Mempengaruhi Mood
By Salynn Boyles
WebMD Health News
Reviewed by Louise Chang, MD
Translated by Husnul Mubarak

Dec. 4, 2008 -- Dapatkah kebahagiaan ditularkan???

Penelitian terbaru dari Harvard Medical School dan University of California, San Diego menyimpulkan bahwa kebahagiaan tidak hanya dipengaruhi oleh orang yang anda kenal, tetapi juga orang yang teman anda kenal.

Penelitian menunjukkan bahwa kebahagiaan menyebar melalui jaringan sosial, seperti virus, yang berarti kebahagiaan anda dapat mempengaruhi kebahagiaan seseorang yang anda tidak pernah temui.

Kesedihan dapat menyebar pula, tetapi kurang efisien, kata salah satu peneliti, James H. Fowler, PhD, dari University of California-San Diego.

"Kita telah lama mengetahui bahwa hubungan langsung antara 2 orang dapat saling mempengaruhi kebahagiaan mereka satu sama lainnya," Kata Fowler pada WebMD.

"Tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan tidak langsung juga mempengaruhi kebahagiaan. Kami menemukan hubungan statistik tidak hanya antara kebahagiaan anda dan kebahagian teman anda akan tetapi antara kebahagian anda dan kebahagiaan teman dari temannya teman anda.”

Tiga derajat Pemisahan

Fowler dan ilmuan sosial dari Harvard, Nicholas Christakis, MD, PhD, telah mempelajari jaringan social selama beberapa tahun, menggunakan data dari Framingham Heart Study.

Tahun lalu, pasangan ini membuat berita ketika melaporkan bahwa kegemukan sepertinya menyebar melalui kelompok social, sehingga kemungkinan untuk menjadi gemuk lebih besar ketika teman-teman anda dan teman mereka bertambah berat badannya.

Suatu penelitian terkait, dipublikasikan pada awal tahun ini, menemukan bahwa perokok lebih cenderung berhenti merokok ketika keluarga mereka, teman, dan jaringan social lainnya berhenti merokok.

Penelitian terakhir mereka, dipublikasi secara online di Jurnal BMJ, didesain untuk menentukan apakah kebahagiaan menyebar melalui jaringan social dengan cara yang serupa dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
.
Peneliti berhasil untuk merekrut jaringan sosial dari 4,739 peserta Framingham dimana kebahagiaan merka diukur dari tahun 1983 hingga 2003. Pemeriksaan standar untuk menilai kebahagiaan terdiri dari pertanyaan dengan jawaban seperti “Saya memiliki harapan yang besar tentang masa depan,” dan “saya bahagia”

Peristiwa keluarga yang penting dari tiap peserta –seperti kelahiran, kematian, perkawinan, dan perceraian – juga dilaporkan. Peserta juga diminta untuk memberikan nama anggota keluarga, teman dekat, partner, dan tetangga.

Karena kebanyakan dari kontak mereka juga merupakan subjek penelitian ini, peneliti mampu mengidentifikasi lebih dari 50.000 sosial dan ikatan keluarga kemudian menganalisa penyebaran kebahagiaan dalam kelompok tersebut.

Teman yang Bahagia Membuatmu Bahagia

Mereka menyimpulkan bahwa kebahagiaan dari teman langsung meningkatkan peluang seorang individu untuk menjadi bahagia sebesar 15%, kata Fowler.

Kebahagiaan dari kontak derajat kedua, seperti pacar teman, meningkatkan kemungkinan menjadi bahagia sebesar 10% dan kebahagiaan dari kontak derajat ketiga – teman dari temannya teman – meningkatkan kemungkinan untuk menjadi bahagia sebesar 6%.

Hubungan ini tidak terlihat pada kontak derajat 4 (teman dari temannya temannya teman).

Fowler berkata bahwa penemuan ini tidak berarti anda sebaiknya menjauhi orang yang tidak bahagia, tetapi anda sebaiknya berusaha sedapat mungkin untuk menyebarkan kesenangan.

"Kita harus berpikir bahwa kebahagiaan merupakan suatu fenomna kolektif,” menurutnya. “Jika saya pulang ke rumah dengan mood yang buruk, saya akan kehilangan kesempatan untuk membahagiakan tidak hanya anak dan istri saya akan tetapi teman-teman mereka juga.”

Richard Suzman, PhD, yang memimpin divisi penelitian perilaku dan sosial dari National Institutes of Health, yang membiayai penelitian ini, menyebutkan penelitian ini merupakan pioneer

"Penemuan ini sangat kuat," Suzman berkata kepada WebMD. "Dari perspektif kebijakan public, penelitian ini mengajarkan kita untuk mempertimbangkan dampak social dari kebahagiaan, obesitas, atau merokok. Kita baru memulai memahami bagaimana jaringan sosial ini dapat mempengaruhi seseorang untuk menjadi lebih baik atau lebih buruk."

Sabtu, 22 November 2008

Aerobik Air dan Kehamilan

Aerobik Air Mengurangi Nyeri Pada Persalinan
Ibu Hamil yang Melakukan Aerobik Air Lebih Jarang Meminta Anti Nyeri Selama Persalinan
By Caroline Wilbert
WebMD Health News
Translated by Husnul Mubarak,S.Ked

Nov. 20, 2008 -- Para calon ibu, saatnya untuk membeli baju renang!!!

Penelitian terbaru melaporkan bahwa wanita yang melakukan olahraga aerobik air selama kehamilan kemungkinan meminimalkan penggunaan obat anti nyeri pada saat persalinan. Penelitian ini diadakan oleh peneliti dari Universitas Campinas di Brazil dan dipublikasikan di Reproductive Health, melibatkan 71 ibu hamil. 34 wanita mengambil kelas aerobik tiga kali seminggu selama kehamilan, sementara kelompok kontrol yang terdiri dari 37 wanita tidak melakukannya.

Kelompok yang melakukan aerobik air, secara signifikan, kurang membutuhkan anti nyeri pada saat persalinan. 27 % dari kelompok yang melakukan aerobik meminta anti nyeri dibandingkan 65% pada kelompok kontrol.

Tidak terdapat perbedaan bermakna pada durasi persalinan atau tipe persalinan antara kedua kelompok. Evaluasi perinatal dengan mengukur berat lahir dan umur persalinan serupa antara kedua kelompok, begitupula skor Apgar, yang digunakan untuk mengevaluasi keadaan fisik dari neonatus segera setelah kelahiran.

Semua subjek penelitian melakukan pemeriksaan fitness pada beberapa interval selama kehamilan. Aerobik air tidak memiliki efek negatif pada kesehatan kardiovaskuler dari wanita yang mengikutinya.

"Kami telah memperlihatkan bahwa latihan rutin aeorbik air selama kehamilan tidak membahayakan kesehatan ibu dan janin," kata peneliti, Rosa Pereira pada pers."Bahkan, berkurangnya permintaan anti nyeri menunjukkan bahwa aerobik air dapat memperbaiki keadaan fisik-psikologis dari ibu hamil."

Jurnal Asli dapat diperoleh dari http://www.reproductive-health-journal.com/

Selasa, 28 Oktober 2008

Hidup Sehat Anti Kanker

10 Tips Gaya Hidup Untuk Mencegah Kanker
Menurut Pakar, Pola Diet dan Berolahraga Direkomendasikan Untuk Mengurangi Resiko Kanker
By Miranda Hitti
WebMD Health News
Translated by Husnul Mubarak,S.Ked

Oct. 28, 2008 -- Apakah anda mencari cara untuk mengurangi resiko terkena kanker ? inilah daftar 10 rekomendasi diet dan aktivitas yang dikemukakan pada pertemuan tahunan yang diselenggarakan American Dietetic Association (ADA).

  1. Sedapat mungkin mempunyai tubuh yang ramping namun tidak sampai kurus (underweight)
  2. Aktif secara fisik minimal 30 menit tiap hari
  3. Hindari minuman bergula, dan batasi konsumsi makanan berkalori tinggi, terutama yang rendah serat dan tinggi lemak atau dengan gula tambahan.
  4. Makan lebih banyak jenis sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan gandum
  5. Membatasi konsumsi daging merah (termasuk daging sapi, babi, dan kambing) dan mencegah konsumsi daging olahan
  6. Jika anda peminum alkohol, batasi konsumsi harian anda hingga 2 gelas untuk pria dan 1 gelas untuk wanita.
  7. Batasi konsumsi makanan bergaram dan makanan olahan dengan garam/sodium.
  8. Jangan menggunakan supplemen untuk melindungi dari kanker.
  9. Yang terbaik bagi ibu untuk menyusui anaknya secara ekslusif selama 6 bulan dan baru kemudian menambahkan makanan penambah ASI .
  10. Setelah penanganan, penderita kanker sebaiknya mengikuti rekomendasi ini untuk pencegahan rekurensi kanker .

Pada pertemuan ADA, pakar memberikan tips praktis untuk mengikuti rekomendasi ini, dimana telah dikemukakan pada tahun lalu oleh suatu lembaga non-profit, American Institute for Cancer Research dan organisasi induknya, World Cancer Research Fund International.

Mengapa Memilih Rekomendasi Ini

Walter Willett, MD, DrPH, seorang professor epidemiologi yang memimpin Departmen Gizi dan Makanan di Harvard School of Public Health, merupakan salah satu anggota ilmiah tim international yang mengemukakan rekomendasi ini

Pada pertemuan ADA , Willett mengatakan, rekomendasi pertama - untuk sedapat mungkin menjadi ramping dalam batas berat badan yang normal -- "sejauh ini merupakan yang paling penting"

Namun terdapat salah satu rekomendasi yang menurut Willet adalah kemungkinan suatu "kesalahan" yaitu rekomendasi yang mengatakan larangan mengkonsumsi kanker. Supplemen vitamin D dapat menurunkan resiko kanker kolorektal dan kemungkinan kanker lainnya, kata Willett. Ia menduga rekomendasi ini akan menjadi prioritas utama untuk diteliti.

Bagaimana mengikuti Rekomendasi Ini

Karen Collins, MS, RD, CDN, merupakan seorang pakar gizi dari American Institute for Cancer Research. Ia mengulas rekomendasi ini sebelum dikemukakan tahun lalu. dan ia bergabung bersama Willett dalam anggota ADA.

Collins memberikan tips praktis untuk mengikuti tiap rekomendasi tersebut :

  1. Sedapat mungkin untuk menjadi ramping dalam batas berat badan normal : Jangan hanya melihat timbangan; periksa lingkar perut sebagai pengukuran kasar terhadap lemak abdomen, Collin merekomendasikan lingkar perut pria tidak boleh lebih dari 37 inchi dan untuk wanita 31,5 inchi
  2. Aktif secara fisik minimal 30 menit sehari: Anda dapat memecahnya menjadi 10 menit dalam 3 kali sesi tiap harinya, dan lebih banyak aktivitas lebih baik.
  3. Menghindari minuman bergula dan membatasi makanan padat energi: Bukan karena makanan tersebut secara langsung menyebabkan kanker akan tetapi makanan tersebut dapat meningkatkan kalori anda hingga melampaui batas.
  4. Makan lebih banyak jenis sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan gandum: Cobalah sayuran dengan ragam warna (seperti hijau tua pada bayam, biru tua pada blueberries, putih pada bawang, dll). Kebanyakan orang makan jenis sayur yang sama berulang-ulang kali dan kebiasaan ini perlu diperbaiki
  5. Jika tidak dapat berhenti mengkonsumsi alkohol, batasi konsumsi hingga 2 gelas untuk pria dan 1 gelas untuk wanita perhari : Perhatikan ukuran proporsi anda pada beberapa orang jumlah minimal alkohol lebih rendah daripada yang direkomendasikan.
  6. Batasi konsumsi daging merah (sapi, babi, dan kambing) dan menghindari daging olahan : Batasi konsumsi daging hingga 18 ons per minggu, kata Collin, yang menyarankan mengganti daging tersebut dengan daging ayam, seafood, dan kacang-kacangan. Collin tidak mengatakan jangan pernah makan daging merah, namun makanlah daging tersebut dengan bijak.
  7. Batasi konsumsi makanan bergaram dan makanan olahan dengan garam: Jangan melewati 2400 mg per hari, gunakan rempah sebagai gantinya, kata Collin. Ia menambahkan pula bahwa makanan olahan mengandung hampir seluruh intake sodium anda perhari bukan garam yang anda masukkan ketika memasak
  8. Jangan menggunakan supplemen untuk mencegah kanker: Bukan karena supplemen buruk bagi tubuh-- mereka pun dapat "bermanfaat" untuk mencegah kanker, akan tetapi tidak ada bukti ilmiah bahwa supplemen tersebut melindungi dari kanker, kecuali vitamin D, tegas COllin .
  9. ASI ekslusi selama 6 bulan untuk bayi kemudian menambahkan makanan penambah ASI setelah 6 bulan: Rumah bersalin sebaiknya dapat mendorong ibu untuk melakukan rekomendasi ini, kata Collin.
  10. Setelah penanganan, penderita kanker sebaiknya mengikuti rekomendasi tersebut untuk mencegah rekurensi kanker berikutnya. Penderita kanker termasuk orang yang sedang menjalani terapi dan orang yang telah menyelesaikan terapi kankernya.

Membuat Pencegahan Kanker Menjadi Lebih Sederhana

Anda lelah mengikuti rekomendasi ini?Collins memangkas 10 rekomendasi tersebut menjadi tiga yang terpenting:

* Pilih makanan dari tumbuhan. Batasi konsumsi daging dan hindari daging olahan.
* Aktif secara fisik minimal 30 menit dalam sehari.
* Menargetkan berat badan ideal sepanjang hidup.

Catat pula bahwa tips tersebut mengurangi --tidak menghilangkan-- resiko kanker. Banyak faktor lain yang tidak dapat dimodifikasi seperti faktor gen dan lingkungan yang mempengaruhi resiko kanker. Aktivitas dan pola makan merupakan faktor yang sepenuhnya bergantung pada kendali kita.

Selasa, 21 Oktober 2008

Kegemukan

Pemakan Cepat Lebih Cepat Gemuk

Penelitian: Orang Dewasa yang Makan dengan Cepat dan Sampai Kenyang Memiliiki Kecendrungan Menjadi Overweight 3 Kali Lebih Besar
By Miranda Hitti
WebMD Health News
Translated by Husnul Mubarak

Oct. 21, 2008 -- Ingin mengurangi berat badan?Makan dengan lambat dan berhenti sebelum kenyang dapat membantu

Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa pemakan cepat yang makan hingga kenyang kemungkinan 3 kali kemungkinannya untuk menjadi overweight daripada pemakan lambat yang berhenti makan sebelum kenyang.

Penelitian ini dipublikasi oleh BMJ, British Medical Journal.

Sekitar 3,300 Orang Dewasa Jepang turut serta dalam penelitian ini. Mereka ditanyakan mengenai kecepatan makan dan apakah mereka sering makan hingga mereka kenyang dan berat dan tinggi badannya diukur.

Kebanyakan peserta tidak overweight. IMT mereka normal

Kecendrungan untuk menjadi overweight 3 kali lebih besar pada mereka yang dilaporkan makan dengan cepat dan hingga kenyang dibandingkan dengan seseorang yang makan dengan lambat dan mendorong piringnya sebelum kenyang.

Penemuan ini tidak mempertimbangkan faktor umur peserta dan apakah mereka berolahraga secara rutin. Peneliti menduga faktor-faktor ini kemungkinan memiliki pengaruh.

Penelitian ini hanya melibatkan orang dewasa, namun ide yang bagus jika penelitian serupa dilakukan pada anak-anak, menurut editorial yang dipublikasikan dengna penelitian ini.

Editorial meminta orang tua jangan mendorong anak untuk makan lebih banyak, namun memberikan makanan dengan cara yang meningkatkan keinginan anak untuk berhenti makan jika sudah kenyang. "Anak yang sehat tidak kelaparan" , begitu kata editor, Elizabeth Denney-Wilson, PhD, MPH, Peneliti pada Australia's University of New South Wales.

Senin, 06 Oktober 2008

Herpes Virus Genital

Setengah Miliar Orang dengan Herpes Virus Genital
WHO Pertama Kali Mempublikasi Perkiraan Global Penderita Infeksi Herpes Virus Simpleks Tipe 2
By Miranda Hitti
WebMD Health News
Translated by Husnul Mubarak,S.Ked

Oct. 1, 2008 -- Lebih dari setengah miliar penduduk telah terinfeksi dengan herpes simpleks tipe 2, virus yang paling banyak menyebabkan kasus herpes genital dan kasus baru mendekati 24 juta kasus tiap tahunnya.

Fakta ini berdasarkan dari perkiraan global pertama pada prevalensi (jumlah total kasus) dan insidensi (jumlah kasus baru) dari infeksi herpes simpleks virus tipe 2 (HSV-2)

Inilah perkiraan tersebut, yang dipublikasikan oleh Bulletin of the World Health Organization dan berdasarkan kumpulan penelitian dari seluruh dunia yang dipublikasikan pada tahun 2003 :

* 536 juta populasi berumur 15-49 tahun telah terinfeksi HSV-2. Jumlah tersebut merupakan
16% dari total populasi penduduk dengan kelompok umur demikian.
* Setiap tahun, 23.6 juta penduduk berumur 15-49 telah terinfeksi dengan HSV-2.

Perkiraan ini hanya berfokus pada HSV-2 diantara penduduk dengan kelompok umur 15-49 tahun; dara berasal dari kumpulan penelitian yang di[ublikasi pada tahun 2003. Herpes genital dapat pula disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1), namun HSV-1 lebih sering menginfeksi mulut dan HSV-2 biasanya menginfeksi daerah genital. HSV-2 biasanya menyebar melalui seks; dapat pula ditularkan kepada bayi pada saat persalinan dari ibu yang terinfeksi

Kebanyakan orang yang terinfeksi HSV-2 tidak mengetahui bahwa mereka telah terinfeksi dan tidak memiliki gejala apapun, hal demikian ditemuan oleh peneliti, yang bekerja pada Imperial College London dan World Health Organization (WHO).

Prevalensi HSV-2 lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria dan bervariasi tiap regional dunia. Prevalensi kejadian pada pria terendah pada Eropa Barat (13%) dan prevalensi wanita tertinggi (70%) pada daerah Afrika sub-Saharan .

Peneliti memperingatkan penduduk bahwa perkiraan ini "sebaiknya tidak dianggap definitif", karena beberapa region memiliki sedikit penelitian infeksi HSV-2 untuk dianalisa

Rabu, 17 September 2008

Gaya Hidup Sehat

5 Kebiasaan Gaya Hidup Dapat Mengurangi Resiko Kematian

Penelitian Menunjukkan Perubahan Pola Hidup yang Sehat Menurunkan ResikoKematian pada Wanita

By Kelley Colihan
WebMD Health News

Translated by Husnul Mubarak,S.Ked

Sept. 16, 2008 – Peneitian tebaru menyatakan bahwa wanita paruh baya yang mengikuti beberapa kebiasaan gaya hidup tertentu memiliki resiko kematian lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak menerapkannya

Peneliti dipimpin oleh Robert van Dam, Ph.D dari Harvard University's School of Public Health, yang melihat reiko kematian dari lima factor gaya hidup : merokok, menjadi overweight, aktvitas fisik yang rendah, penggunaan alcohol, dan pola makan yang buruk

Tim ini mewawancarai dan mengikuti 77.782 perawat wanita, dimulai pada tahun 1980. Pada permulaan, semua wanita ini bebas dari kanker dan tidak memiliki penyakit kardiovaskuler. Rentang umurnya berkisar dari 34 tahun hingga 59 tahun pada permulaan penelitian.

Peserta diberikan kuisoner dan di follow up setiap 2 tahun selama 24 tahun. Mereka ditanyakan mengenai kebiasaan gaya hidup, apakah mereka merokok, berolahraga secara teratur, apa yang mereka makan, apakah mereka meminum alcohol, dan seberapa besar berat badannya.

Terdapat 8.882 kematian selama 24 tahun. Dari angka kematian ini diketahui :

1. 1790 akibat penyakit kardiovaskuler

2. 4527 akibat kanker

3. 55% dari kematian inididuga berkaitan dengan merokok, kurangnya aktivitas fisik, overweight, dan diet berkualitas rendah(pola makan yang buruk)

  • 28% dari kematian ini berkaitan dengan merokok

Memiliki keseluruhan dari 5 faktor resiko meningkatkan resiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler sebesar 8 kali dibandingkan pada mereka yang sama sekali tidak memiliki salah satu factor resiko diatas. Resiko kematian akibat kanker tiga kali lebih besar dan kematian akibat sebab apapun adalah 4 kali lebih besar.

Wanita dengan intake alcohol yang moderat, didefinisikan paling banyak satu kali minum satu hari, mempunyai kemungkinan yang lebih rendah untuk meninggal akibat penyakit kardiovaskuler disbanding mereka yang tidak mengkonsumsi alkohol sama sekali.

Penelitian ini menuliskan bahwa penemuan ini sebaiknya menjadi sebagai peringatan kepada masyarakat untuk merubah pola hidup yang buruk seperti berhenti merokok.

Selasa, 16 September 2008

Penatalaksanaan Osteoporosis

Panduan Terbaru Penatalaksanaan Osteoporosis
Perencanaan Penanganan Obat Sebaiknya Mempertimbangkan Resiko dan Manfaat untuk Tiap Individu
By Caroline Wilbert
WebMD Health News
Translated by Husnul Mubarak,S.Ked

Sept. 15, 2008 -- Obat bermanfaat untuk menanganani osteoporosis, dan memikirkan obat yang mana yang akan diresepkan berarti mengevaluasi plus dan minus dari tiap pilihan untuk tiap pasien, berdasarkan rekomendasi terbaru dari The American College of Physicians.

Semakin menua seseorang, maka tulang mereka akan semakin kurang padat dan kecenderungan fraktur semakin tinggi. Pada bentuk yang berat, kondisi ini diketahui sebagai osteoporosis. Osteoporosis biasnya dialami wanita setelah menopause, walaupun pria juga kadang mendapatkannya.

American College of Physicians membuat rekomendasi baru dibawah ini :

* Dokter sebaiknya menawarkan obat kepada seseorang yang telah diketahui mengalami osteoporosis dan seseorang yang telah mengalami apa yang disebut fraktur kerapuhan -- ketika tulang patah tanpa ada trauma yang bermakna.

* Dokter sebaiknya mempertimbangkan penanganan preventif pada pasien yang memiliki resiko mendapatkan osteoporosis.

* Dokter sebaiknya berperan dalam penilaian resiko dan manfaat individual ketika memilih diantara pilihan penanganan obat untuk osteoporosis

* Penelitian tambahan sebaiknya dilakukan untuk menginvestigasi penanganan osteoporosis pada pria dan wanita.

Peneliti secara kolektif mengulas data dari beberapa penelitian obat yang berbeda dan pada akhirnya membentuk panduan yang berdasarkan bukti (evidence-based)

Hal-hal penting yang ditemukan dari pengulasan data penelitian tersebut adalah :

* Bisphosphonates digunakan untuk prevensi atau penanganan osteoporosis. Obat ini mengurangi fraktur, namun tidak terdapat informasi yang baik mengenai seberapa lama seseorang sebaiknya mengkonsumsi obat ini. Efek samping obat ini termasuk refluks asam, dan masalah pada oesofagus; efek samping yang jarang namun serius adalah kerusakan tulang rahang
* Estrogen mengurangi insiden fraktur namun meningkatkan resiko beberapa jenis kanker, stroke, dan endapan darah.
* Obat non-estrogen yang berfokus terhadap reseptor estrogen (juga diketahui sebagai SERM, atau selective estrogen receptor modulator) mencegah fraktur spinal namun tidak mengurangi kecendrungan fraktur pinggul. Efek samping termasuk endapan darah (blood cloth).

* Kalsitonin digunakan untuk penanganan. Penulis mencatat bukti bahwa obat ini mngurangi insiden fraktur spinal, walaupun bukti menyatakan kalsitonin tidak mengurangi jenis fraktur lainnya. Tidak ada efek samping bermaka yang diketahui dari panduan ini.

* Teriparatide digunakan untuk penanganan osteoporosis. Obat ini mencegah fraktur spinal, namun bukti terhadap jenis fraktur yang lainnya menunjukkan hasil yang beragam. Tidak ada efek samping bermakna yang diketahui pada panduan.

* Vitamin D dan suplemen kalsium, jika dikonsumsi bersamaan, memiliki efek yang cukup terhadap fraktur. Tidak jelas seefektif bagaimana jika kombinasi obat tersebut dikonsumsi sendiri-sendiri

Senin, 08 September 2008

Obesitas dan Olahraga

Olahraga Dapat Mengatasi Gen Obesitas

Penelitian Menunjukkan Aktivitas Fisik Dapat Menurunkan Predisposisi Genetik terhadap Obesitas

By Caroline Wilbert
WebMD Health News
Translated by Husnul Mubarak, S.Ked

Sept. 8, 2008 -- Walaupun genetik berperan dalam obesitas, penelitian terbaru menunjukkan bahwa aktivitas fisik reguler dapat menumpulkan efek dari predisposisi genetik untuk menjadi gemuk.

Beragam gen-gen tertentu, yang diketahui sebagai gen pengatur massa lemak dan terkait obesitas (FTO), secara luas dipahami mempunyai hubungan terhadap index massa tubuh, berdasar dari materi latar belakang dari penelitian ini, yang dipublikasikan dalam Archieves of Internal Medicine.

Evadnie Rampersaud, MSPH, PhD, yang berasal dari University of Maryland School of Medicine dan sekarang University of Miami, bersama rekannya menganalisa bagaimana gaya hidup mempengaruhi berat badan seseorang yang telah memiliki predisposisi genetik untuk menjadi gemuk.

Peneliti menganalisa sampel DNA dari 704 orang dewasa sehat, dikumpulkan antara tahun 2003 dan 2007. Partisipan juga menjalani tes psikologis, termasuk pengukuran aktivitas fisik dengan menggunakan accelerometer,yang dikenakan partisipan di tubuh mereka selama satu minggu. Instrumen ini mengukur tingkat aktivitas partisipan dalam interval 15 detik.

Partisipan rata-rata berumur 44 tahun; 53% pria. 44 persen dari pria tersebut overweight (IMT 23 kg/m2 - 25 kg/m) dan 10% obesitas ( IMT > 25 kg/m2) .Sekitar 64% wanita overwight dan 31% obese.

Kelompok ini dibagi menjadi kelompok dengan tingkat aktivitas yang tinggi dan yang rendah. Pada kelompok dengan aktivitas tinggi membakar 900 kalori lebih banyak per harinya dibandingkan dengan kelompok dengan aktivitas rendah. Menurut para peneliti ini sama saja dengan aktivitas fisik intensif moderat (jalan cepat, berkebun, atau membersihkan rumah) selama tiga hingga empat jam

Penelitian juga memperlihatkan, seperti yang telah dilakukan peneliti sebelumnya, bahwa seseorang dengan variasi gen FTO tertentu cenderung untuk menjadi overweight. Akan tetapi, peniliti menemukan bahwa walaupun telah terpredisposisi genetik untuk menjadi obesitas, gen ini tidak memiliki efek apapun terhadap mereka yang memiliki aktivitas fisik diatas rata-rata.

Karena obesitas telah menjadi perhatian kesehatan global, pemahaman terhadap setiap aspek gen FTO menjadi penting, kata peneliti. Varian dari gen FTO sering ditemukan -- sekitar 30% populasi eropa memiliki varian tersebut, menurut penelitian ini. Variasi genetik terkait dengan resiko obesitas yang 20% lebih besar, tulis peneliti.

Penyusun penilitian menyimpulkan, "Penemuan ini menekankan peran penting dari aktivitas fisik dalam usaha kebijakan kesehatan untuk memerangi obesitas, terutama pada seseorang yang beresiko secara genetik. "

Jumat, 05 September 2008

Rokok - Kanker

Kasus Kanker Akibat Merokok Mencapai 2 Juta Kasus
Data dari CDC, Lebih dari 2 juta Kasus Kanker Terkait Merokok Didiagnosis di Amerika Serikat (AS) dari Tahun 1999 hingga 2004
By Miranda Hitti
WebMD Health News
Translated by Husnul Mubarak

Sept. 4, 2008 -- Sekitar 2,4 juta kasus kanker akibat rokok terdiagnosis di AS dari tahun 1999 hingga 2004, seperti yang diumumkan CDC (Center for Disease Control and Prevention, suatu organisasi resmi AS yang bertujuan untuk pengendalian dan pencegahan penyakit) pada tanggal 4 September 2008.

Kanker paru dan bronchus paling banyak, terhitung setengah dari keseluruhan kasus yang terdiagosis, menurut CDC, data ini merupakan "Penilaian paling komprehensif hingga saat ini" menyangkut diagnosis kanker yang terkait dengan pemakaian rokok. "Penggunaan rokok merupakan penyebab penyakit dan kematian dini yang paling dapat dicegah di AS dan merupakan penyebab kanker yang paling jelas," Ucap Matthew McKenna,MD,MPH, direktur Bagian Rokok dan Kesehatan di kantor CDC, pada saat mengumumkan berita ini.

"Epidemiologi penggunaan rokok merupakan penyebab kanker terbesar ketiga di Amerika," tambahnya.

Laporan CDC ini berfokus pada kanker bronkus dan paru, kanker rongga mulut, kanker saluran kemih, acute myelogenous leukemia (AML), dan kanker larynx, pharynx, esofaugs, lambung, serviks, pankreas, dan ginjal.

Diagnosis kanker terkait penggunaan rokok paling sering ditemukan pada pria, populasi Africa-American dan non-Hispanik, dan usia dibawah 70 tahun. Secara geografis, diagnosis kanker paru dan laryng merupakan yang tersering di Selatan. Di Barat sendiri angka kanker lambung yang dominan sementara insiden kanker lainnya merupakan jumlah yang paling rendah dibanding daerah lain di AS.

Jumat, 15 Agustus 2008

Infeksi Telinga dan Obesitas

Infeksi Telinga dapat Meningkatkan Resiko Obesitas

Kerusakan Pada Saraf Perasa Kemungkinan Berperan, Menurut Para Peneliti
By Salynn Boyles
WebMD Health News
Diterjemahkan oleh Husnul Mubarak,S.Ked

Aug. 14, 2008 – Apakah anak dengan infeksi telinga yang rekuren mempunyai peningkatan resiko untuk menjadi gemuk pada masa akan datang ?

Penelitian terkini menyatakan sedemikian, dan kerusakan terhadap saraf yang mengendalikan indra perasa merupakan faktor utama.

Penelitian ini dipresentasikan untuk pertama kalinya pada konvensi tahunan American Psychological Association yang ke-116 di Boston

Peneliti indra perasa ini, Linda M. Bartoshuk, PhD, dari University of Florida College of Dentistry, berkata kepada WebMD bahwa seiring waktu, infeksi telinga yang rekuren dapat merubah persepsi rasa dengan cara meningkatkan keinginan terhadap makanan berlemak tinggi dan dengan kandungan gula yang ringgi, dimana, akan menyebabkan obesitas.

"Infeksi telinga berhubungan dengan indra perasa karena salah satu saraf indra perasa berjalan melalui telinga tengah sebelum masuk menuju ke otak,” lanjutnya.

Saraf perasa lainnya terletak pada tenggorokan, Bartoshuk berkata, dan peneliti juga mempresentasikan penemuan yang menunjukkan peningkatan resiko obesitas pada anak yang memiliki riwayat tonsillektomi.

Infeks Telinga dan Obesitas

Bartoshuk berkata ia pertama kali mencurigai adanya hubungan antara infeksi telinga dan obesitas sekitar 6 tahun yang lalu setelah menganalisa penemuan dari suau survey yang ia lakukan untuk meneliti indra perasa dan kesehatan.

Sekitar 6.600 orang dewasa –kebanyakan merupakan akademisi- menyelesaikan survey tersebut, yang menyangkutkan pertanyaan mengenai riwayat infeksi telinga dan index massa tubuh (IMT) terkini, suatu tolak ukur dalam menilai obesitas.

Individu dengan riwayat infeksi telinga rekuren ternyata 62% lebih sering menjadi obese dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki riwayat infeksi telinga.

"Kami tidak menyangka bahwa infeksi telinga ternyata terkait dengan IMT, namun itulah yang kami temukan,” Ia berkata.

Bartoshuk kemudian melihat data penilitian lainnya yang memasukkan informasi mengenai riwayat infeksi telinga dan berat badan.

Beberapa penilitian ini telah dipresentasikan pada symposium terkini, bersamaan dengan penilitan Bartoshuk's.

Pada suatu penelitian yang melibatkan wanita-wanita dewasa yang diperiksa sensitivitas perasanya, terbukti bahwa wanita dengan riwayat kerusakan pada indra perasa cenderung lebih menyukai makanan berlemak dan berkadar gula tinggi dibandingkan dengan wanita normal tanpa kerusakan indera perasa. Mereka pula cenderung memiliki pinggul yang lebih besar.

Pada penilitan lainnya, anak umur prasekolah dengan riwayat infeksi telinga terbukti cenderung lebih kurang memakan sayur-sayuran dan lebih banyak makanan bergula dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki riwayat infeksi telinga. Mereka juga cenderung lebih gemuk.

Epidemiologis, Kathleen Daly, PhD, dari University of Minnesota-Twin Cities, melaporkan penilitannya pada anak dibawah umur 2 tahun, menyatakan bahwa infeksi telinga kronis pada umur ini berkaitan dengan IMT yang lebih tinggi pada ulang tahun ke 2 tahun.

"Semua ini menarik dan misterius, namun kita tidak mengetahui apakah ini bermakna atau tidak,” Kata Daly.

Akhirnya, pemeriksaan ulang dari suatu survey kesehatan nasional yang besar yang dilakukan pada tahun 1960 menemukan adanya peningkatan resiko obesitas sebesar 30% pada anak yang telah menjalani tonsillektomi.

Penelitian yang dipresentasikan di Boston secara luas melibatkan analisis ulang dari database yang telah ada.

Semuanya setuju bahwa penelitian yang secara spesifik menjawab pertanyaan apakah infeksi telinga kronis dan bedah tonsil berperan dalam perkembangan obesitas dibutuhkan untuk membuktikan hipotesis ini.

"Diketahui bahwa epidemic dari obesitas di negara ini dan bukti bahwa anak-anak semakin menjadi lebih gemuk pada umur yang lebih muda, hal ini sebaiknya kita lebih perhatikan dengan seksama,” kata Daly kepada WebMD.

Namun spesialis telinga John W. House, MD, dari House Ear Institute di Los Angeles tidak begitu meyakini penelitian ini.

"Kami melihat ribuan anak dan orang dewasa dengan infeksi telinga kronis tiap tahunnya di klinik kami,” katanya. “Jika hubungan ini benar adanya, kami dapat melihatnya (obesitas) pada pasien-pasien kami, namun pada kenyataannya, kami tidak menemukannya.”

Spesialis THT dari University of Pittsburgh, Hirsch, MD, FACS, mengatakan kepada WebMD bahwa penelitian yang dipresentasikan di symposium Boston kurang cukup membuktikan adanya hubungan antara infeksi telinga, operasi tonsil, dan obesitas.

House dan Hirsch merupakan juru bicara dari American Academy of Otolaryngology -- Head and Neck Surgery.

"Terlalu cepat untuk mempercayai bahwa permasalahan telinga dapat menyebabkan obesitas dari jenis penelitian seperti ini,” lanjutnya..

Rabu, 30 Juli 2008

Istri Perokok dan Stroke

Pasangan (Istri) Perokok Beresiko Terkena Stroke

Penelitian Menunjukkan Resiko Stroke Meningkat pada Perokok Pasif

By Kelli Miller Stacy
WebMD Health News

Translated by Husnul Mubarak,S.Ked

July 29, 2008 – Kepada istri-istri yang memiliki suami perokok berhati-hatilah jika sang suami belum menghentikan kebiasaan merokoknya karena dari hasil penilitian ditemukan bahwa seorang wanita yang bukan perokok dan menikah pada seorang perokok mempunyai peningkatan resiko stroke yang sangat besar, penemuan tersebut mempertegas dan menambahkan bahaya perokok pasif.

Peneliti akan melaporkan hasil peneilitiannya ini dalam American Journal of Preventive Medicine Edisi bulan September mengatakan resiko ini beragam tergantung apakah pasangan tersebut (yang tidak merokok) memiliki riwayat merokok pada masa lalu..

Perokok pasif (Secondhand smoke) terbukti membuat seseorang lebih cenderung terkena serangan jantung, namun hingga sekarang, sedikit penelitian yang menghubungkan paparan rokok terhadap resiko stroke. Satu penelitian lain mengatakan bahwa suami yang merokok meningkatkan resiko stroke pada istri, namun hanya jika wanita tersebut juga merokok.

Untuk penelitian yang terbaru, M. Maria Glymour, ScD, dari Harvard School of Public Health, dan kawan-kawan mengamati pengaruh kebiasaan merokok pasangan pada 16.000 istri umur 50 tahun ke atas. yang tidak pernah memiliki riwayat stroke sebelumnya (faktor resiko riwayat stroke tersingkirkan).

Penelitian ini hanya mengevaluasi pemakaian rokok biasa (cigarette) bukan cerutu atau pipa tembakau. Peneliti mengikuti perkembangan peserta selama 9 tahun untuk mendokumentasikan kejadian dari serangan stroke yang pertama. Selama masa pengamatan, terdapat 1130 kejadian se stroke dilaporkan.

Menikah dengan perokok aktif meningkatkan resiko serangan stroke sebesar 42% pada istri (pasangan) yang tidak pernah merokok..

Resiko semakin meningkat pada wanita yang memiliki riwayat merokok dan menikah kepada seorang perokok aktif. Wanita tersebut memiliki peningkatan resiko terkena stroke lebih besar 72% dibandingkan jika mereka menikah kepada lelaki yang belum pernah merokok.

Berita baiknya adalah, peneliti mengatakan, resiko dapat menurun jika suami dapat menendang jauh-jauh kebiasaan merokoknya. Peserta yang belum pernah merokok dan menikah kepada laki-laki mantan perokok memiliki resiko stroke yang serupa dengan pasangan yang kedua-duanya tidak pernah merokok.

"Penemuan ini mengindikasikan bahwa perilaku merokok pada pasangan meningkatkan resiko stroke pada wanita yang bukan perokok atau mantan perokok. Manfaat kesehatan dari berhenti merokok sepertinya semakin luas pada seorang individu perokok terhadap pasangannya” Glymour menambahkan pada artikelnya.

Jadi, kepada para suami jika memang benar menyayangi pasangannya, sangat berguna untuk mematikan rokoknya, Karena kebiasaan merokok anda terbukti secara ilmiah mempengaruhi panjang tidaknya umur pasangan anda (terlepas dari takdir).

Anekdot seorang perokok : "Merokok mati, tidak merokok mati juga kan? kalo begitu lebih baik merokok"

Pesan Penulis Blog

“Yakinlah, semua orang akan mati, namun mati dengan paru-paru yang membusuk atau karena penyakit jantung akibat rokok adalah mati yang tidak terhormat, sederajat dengan mati bunuh diri. Jika anda mengetahui bahwa pisau itu tajam lantas anda menusukkan pisau tersebut ke leher anda itulah analogi yang tepat untuk seseorang yang mengetahui bahwa merokok membahayakan kesehatan tetapi tetap saja merokok”.


Rabu, 16 Juli 2008

SADARI


SADARI (Periksa Payudara Sendiri) Tidak Bermanfaat

Penelitian Menyatakan Tidak Ada Manfaat Dalam Harapan Hidup Pada Wanita Yang Melakukan SADARI Secara Rutin

By Miranda Hitti
WebMD Health News

Translated by Husnul Mubarak,S.Ked

July 15, 2008 – Melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI/Periksa Payudara Sendiri) tidak memperpanjang harapan hidup pasien kanker payudara dan membuat biopsi dari benjolan jinak pada payudara semakin sering dilakukan.

Fakta ini berdasarkan dari pembahasan suatu penelitian terkini mengenai SADARI dan harapan hidup pasien kanker payudara.

Ulasan yang dipublikasikan oleh Cochrane Library ini ternyata senada dengan penemuan pada penelitian sebelumnya yang telah dipublikasikan pada tahun 2003.

"Kami ingin menginformasikan kepada wanita bahwa tidak ada bukti yang ditunjukkan oleh 2 penelitian besar bahwa melakukan SADARI secara rutin (satu kali tiap bulan) memperbaiki harapan hidup dari kanker payudara, dimana terbukti pula bahwa SADARI yang rutin meningkatkan kemungkinan dilakukannya biopsy hingga dua kali lipat dibandingkan dengan kelompok yang tidak melakukan SADARI” ucap Jan Peter Kosters, MD, dari Nordic Cochrane Centre,

Laporan SADARI

Ulasan terbaru berdasarkan 2 penelitian besar yang bersamaan melibatkan lebih dari 388.500 wanita di Russia dan Cina dengan rentang umur dari 30 hingga 66 tahun.

Beberapa wanita dilatih untuk melakukan SADARI. Mereka juga menjalani kelas khusus yang mengajar kembali teknik tersebut untuk menghindari kesalahan pemeriksaan. Sebagai kelompok perbandingan, wanita lainnya dalam penelitian tersebut tidak diajarkan atau didorong untuk melakukan pemeriksaan SADARI tersebut.

Wanita-wanita ini diamati selama 10 tahun. Selama rentang waktu tersebut, 587 wanita meninggal akibat kanker payudara, dengan angka kematian yang serupa pada kelompok SADARI (292 kematian akibat kanker payudara) dan kelompok yang tidak dilatih/didorong melakukan SADARI (295 kematian).

Wanita yang melakukan SADARI secara rutin, dua kali lebih sering melakukan biopsy payudara, dimana banyak yang tidak menunjukkan kanker.

Dalam jangka waktu yang pendek, melakukan SADARI tidak membuat perbedaan pada harapan hidup dan meningkatkan frekuensi biopsy yang tidak diperlukan.

Lakukan SADARI atau Tidak?

Keputusan akan melakukan SADARI atau tidak tergantung dari masing-masing individu, ucap Kosters, ia menambahkan pula “Pilihan yang rasional sebenarnya adalah tidak melakukannya.”

American Cancer Society memiliki pemikiran yang berbeda.

Melakukan SADARI adalah “sebuah pilihan,” Debbie Saslow, PhD, direktor Kanker Payudara dan Ginekologis dari American Cancer Society, mengatakan kepada WebMD. "Kami tidak ingin merekomendasikan untuk tidak melakukan SADARI namun tidak ada bukti pula yang membuat kami merekomendasikan agar SADARI dilakukan.”

"Sudah jelas, jika seorang wanita ingin melakukan SADARI, dan dokternya sebaiknya memberikannya bantuan dan meyakinkan bahwa ia melakukannya dengan benar dan juga memberitahu kepadanya keterbatasan dari pemeriksaan ini sehingga dia tidak berharap terlalu banyak bahwa SADARI akan memberikan dampak yang besar jika pada akhirnya ia mendapatkan kanker payudara,” Ucap Saslow.

Susan Love, MD, presiden dan direktur medis dari Dr. Susan Love Research Foundation, mengatakan ulasan mengenai tidak bermanfaatnya SADARI ini sebagai suatu “weker bangun pagi” bahwa selama ini kita berharap kepada hal yang tidak bekerja dengan baik dan sekarang kita perlu berpikir sesuatu yang bekerja lebih baik terhadap harapan hidup pasien kanker payudara.

Ulasan ini sebenarnya tidak menyudutkan SADARI. Namun menegaskan kepada wanita untuk lebih peka dan mencari pemeriksaan medis terpadu jika terjadi perubahan pada payudara.

"Kapanpun seseorang menyadari suatu gejala yang mungkin saja merupakan gejala kanker payudara atau kanker lainnya, ia sebaiknya tidak ragu untuk memeriksakan diri ke dokter untuk penilaian lebih lanjut,” Ucap Kosters kepada WebMD..

Menurut Saslow, pesan utama dari ulasan tersebut adalah untuk mendapatkan perhatian medis lebih lanjut terhadap adanya benjolan pada payudara, tidak peduli apakah benjolan tersebut ditemukan dari SADARI atau pada saat mandi atau bercermin pada saat sedang berpakaian atau bahkan jika pasangan (suami) melihat (menyadarinya)."

“Ulasan ini tidak mengatakan jangan pernah sentuh payudaramu lagi. Namun menegaskan kepada kaum wanita bahwa dengan melihat sekilas pada payudara sudah cukup dan pemeriksaan SADARI tidak memberikan nilai lebih dari pemeriksaan sekilas itu.” Ucap Love, yang menyebut ulasan penelitian itu “Sempurna”.

"Tempat terbaik bagi kita untuk melakukan perjuangan terhadap Kanker Payudara adalah mencegah kanker payudara dan bukan dengan menemukan kanker yang telah terjadi” tegas Love, “Jika kita mencapai pada suatu poin dimana kita tidak mencari lagi kanker, namun kita mencari sel yang akan dapat berubah menjadi kanker disuatu hari, maka kita sudah memiliki kesempatan yang lebih beralasan dalam melawan penyakit ini.

Ulasan ini tidak pula mengatakan bahwa pemeriksaan SADARI tidak menolong seorangpun wanita. Penulis Good Morning America Robin Roberts mengatakan pada tahun 2007 bahwa ia menemukan benjolan yang berubah menjadi kanker payudara pada pemeriksaan SADARI.

Namun pada kelompok wanita yang besar, jumlahnya tidak cukup untuk memperlihatkan manfaat terhadap harapan hidup. Hal ini berdasarkan dari laporan Kosters dkk.



Jumat, 11 Juli 2008

Perokok Muda dan Genetik

Hubungan Genetik terhadap Kecanduan Rokok pada Remaja

Penelitian menunjukkan adanya gen dari perokok muda mempengaruhi resiko kecanduan nikotin

By Kelli Miller Stacy
WebMD Health News

Diterjemahkan oleh Husnul Mubarak,S.Ked

July 11, 2008 – Perokok dibawah umur 17 tahun yang mendapatkan variasi genetik tertentu lebih cenderung mendapatkan kecanduan rokok seumur hidupnya.

Peneliti telah menemukan pada ras Eropa-Amerika yang memulai merokok pada umur lebih muda memiliki resiko lebih besar untuk adiksi nikotin jangka panjang jika mereka membawa variasi genetik tertentu didalam suatu kluster gen tertentu.

Penemuan ini menyatakan bahwa mencegah penggunaan rokok pada remaja memiliki efek besar pada perilaku merokok dalam jangka panjang. Berdasarkan American Lung Association, sekitar 6000 anak dibawah umur 18 tahun mulai merokok setiap harinya dan sekitar 4,5 juta remaja di US adalah seorang perokok.

Robert B. Weiss, PhD, dari departemen genetika manusia dari University of Utah School of Medicine, memeriksa suatu teori bahwa variasi genetik tertentu mempengaruhi reseptor nikotin pada sistem saraf akan mempengaruhi resiko seseorang terhadap kecanduan nikotin

Mereka menganalisa kebiasaan merokok dan sampel DNA dari 3 populasi Eropa-Amerika dari 2827 perokok jangka panjang. Partisipan dibagi atas 2 kelompok : Perokok onset dini, dimana memulai penggunaan rokok sebelum umur 16 tahun, dan perokok onset lanjut yang memulai merokok dari umur 17 tahun ke atas. Penelitian sebelumnya telah memperlihatkan bahwa pembagian umur ini cocok digunakan untuk mengevaluasi perbedaan antara adiksi nikotin dini atau lanjut berdasarkan informasi latar belakan pada artikel jurnal

Penelitian menunjukkan bahwa seseorang dengan ras Eropa, memiliki variasi genetik yang meningkatkan resiko terhadap kecanduan rokok, sementara terdapat variasi lainnya yang melindungi dari kecanduan ini.

Remaja yang memulai merokok sebelum umur 16 tahun dan memiliki 2 variasi sekuens DNA memiliki 1,6 hingga 5 kali lipat peningkatan resiko akan kecanduan nikotin.

Namun keberadaan dari variasi genetik resiko tinggi tidak secara bermakna mempengaruhi perilaku merokok seseorang yang memulai merokok diatas umur 16 tahun.

Seseorang yang memulai merokok pada umur muda yang membawa variasi genetik protektif memiliki resiko lebih kecil dari ketergantungan nikotin berat pada masa dewasa.

Penelitian ini hanya melibatkan keturunan Eropa-Amerika, namun peneliti mengatakan bahwa variasi genetik ini sepertinya juga terdapat pada populasi lainnya.

“Kita mengetahui bahwa seseorang yang memulai merokok pada umur yang lebih muda sepertinya lebih cenderung mengalami ketergantungan nikotin pada masa dewasanya nanti. Penemuan ini menemukan bahwa pengaruh genetik yang terekspresi selama masa remaja berperan dalam resiko ketergantungan seumur hidup akibat paparan dini dari pemakaian tembakau,” kata Weiss dalam suatu pemberitaan.

Identifikasi dari faktor resiko genetik pada remaja perokok harian menegaskan pentingnya usaha masyarakat dalam melawan perilaku merokok pada remaja, kata Weiss

Mengidentifikasi interaksi ini, mengindikasikan bagaimana genetik dapat meningkatkan pendekatan kesehatan masyarakat berkaitan dengan masalah penyakit akibat merokok, karena resiko ini dapat diintervensi,” tulinsnya dalam artikel jurnalnya. “Identifikasi individu yang secara genetik beresiko tinggi bermanfaat untuk intervensi proaktif, seperti edukasi dan klinik terpadu untuk berhenti merokok, dapat menghasilkan suatu populasi dengan angka ketergantungan nikotin lebih rendah dan kematian akibat penyakit rokok.

Rabu, 25 Juni 2008

Penuaan yang baik

Penuaan yang baik : Makan yang benar untuk awet muda
Apakah diet anda merupakan kunci awet muda ? Temukan mengapa makan yang tepat berarti menua dengan tepat pula.

Husnul Mubarak,S.Ked

Penuaan : Semua orang akan mengalaminya, namun segelintir orang sepertinya tidak terlalu terpengaruh oleh proses penuaan tersebut. Apakah gizi yang tepat merupakan kunci untuk mendapatkan kesehatan dan umur yang panjang?

Apakah penuaan selalu identik dengan penyakit?

"Penuaan biasanya selalu dikaitkan dengan perkembangan satu atau lebih penyakit kronis, namun tidak harus berjalan seperti itu," dikatakan oleh Jeffrey Blumberg,PhD, profesor dari the Friedman School of Nutrition Science and Policy di Tufts University.

Faktor umur tidak selalu menjadi penyebab terjadinya penyakit seperti serangan jantung atau stroke, mendapatkan DM tipe 2 atau kanker, patah tulang karena osteoporosis, atau terkena penyakit Alzheimer, walaupun keadaan seperti ini seringkali dikaitkan dengan penuaan.

Faktor resiko suatu penyakit atau disabilitas meningkat dengan adanya aktivitas fisik yang kurang, pengaruh genetik, dan pola makan (diet) yang buruk

Penuaan: Lawan dengan diet

Jadi apakah rencana diet terbaik untuk mencegah, menunda, atau meminimalisir keadaan yang terkait dengan penuaan seperti sendi yang inflamasi, memori yang lemah, dan penglihatan yang berkurang?

"Diet yang paling bermanfaat sangat bergantung pada sayur segar, buah, dan kacang-kacangan - makanan yang secara alami menurunkan kalori dan mengandung zat gizi yang tinggi", dikatakan oleh Bradley Willcox,MD,MPH, salah satu perancang The Okinawa Diet Plan dan seorang professor ilmu geriatri di University of Hawaii.

Pakar menduga bahwa komponen antioksidan yang ditemukan pada buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan, dan makanan segar lainnya sangat berperan dalam menahan proses penuaan tersebut.

Antioxidan, seperti vitamins C dan E, dan komponen lainnya, termasuk polyphenols dan anthocyanins, melawan radikal bebas --bentuk tidak stabil dari oksigen yang merusak fungsi sel. Radikal bebas terbentuk dari metabolisme yang normal. Tubuh kita juga menghasilkan zat ini sebagai respon terhadap sinar UV dari matahari; polusi udara; rokok aktif; dan merokok secara pasif.

Pembentukan radikal bebas berperan dalam proses penuaan dan perkembangan beberapa penyakit terkait umur seperti kanker, penyakit jantung, dan peradangan termasuk osteoarthritis. Yang terburuk, penuaan meningkatkan produksi radikal bebas. Ini berarti pola makan anda harus lebih sehat daripada sebelumnya.

Pertanyaannnya sekarang, bagaimana kita melakukannya ?

Nutrisi Anti Penuaan (Anti aging nutrition)

Antioksidan menciptakan sangat banyak rumor terkait dengan awet muda, namun penuaan yang sehat membutuhkan lebih dari itu. Anda harus mengoptimalkan beragam jenis zat gizi mulai dari protein, kalsium, dan vitamin D, dan meminimalisir komponen perusak pada diet anda se[erto lemak tersaturasi dan trans fat

Walaupun banyak dari makanan berikut ini tidak termasuk yang disenangi oleh remaja, memasukkannya dalam menu makanam dapat menunda kerusakan yang terjadi didalam tubuh anda.

Kacang-kacangan

Kacang merupakan sumber protein bebas kolesterol dan merupakan pengganti yang berharga untuk daging yang berlemak. Penelitian yang dipublikasikan oleh American Journal of Clinical Nutrition menemukan bahwa suatu kelompok yang terdiri dari sekitar 35.000 wanita, diantara mereka yang mengkonsumsi makanan kaya vitamin E, termasuk kacang, resiko terkena stroke mereka menurun secara bermakna

Beberapa jenis kacang-kacangan yang merupakan pilihan yang terbaik adalah seperti almond dengan vitamin E yang tinggi, kemiri untuk antioxidannya, dan kenari dengan omega 3.

Tips:

* Sarapan dengan sereal, yogurt, salad, dan sayur masak disertai dengan kacang-kacangan..
* Cemilan dengan almond yang tidak diolah untuk memenuhi kebutuhan vitamin E dalam sehari.
* Makan roti gandum dengan selai kacang.
* Buatlah jus buah dengan mencampurkan pisang setengah beku (didinginkan), 1/2 cangkir yogurt bebas lemak, 1/4 cangkir kenari, dan 2 sendok teh gula.

Kacang-sayuran (Legumes)

Kacang-sayuran menyediakan karbohidrat yang kompleks dan serat untuk menjaga kadar glukosa dan insulin dalam darah, serta merupakan sumber protein yang bebas kolesterol. Kacang jenis ini juga mengandung antioxidan. Pilihan terbaik : Mulai dari kacang merah hingga kacang kedelai, semuanya bermanfaat untuk anda. Tips: Tambahkan kacang pada sup, salad, dan hidangan pasta anda. Tumbuk kacang yang telah dimasak dan tambahkan pada sup.Jadikan susu kedelai atau bubur kacang hijau sebagai cemilan anda. Ganti daging dalam menu anda dengan tahu

Ikan

Menurut American Heart Association, ikan mengandung lemak omega 3 yang mengurangi resiko akumulasi plak di dalam arteri; mengurangi kadar trigliserida darah; membantu merendahkan tekanan darah; dan mengurangi angka kematian mendadak. Ikan merupakah pilihan yang bijaksana untuk sumber protein karena mengandung lemak tersaturasi yang rendah dan minim kolesterol.

Pilihan terbaik :

Ikan salmon, sarden, dan tuna merupakan salah satu dari beberapa jenis ikan dengan kadar lemak omega 3 tertinggi.

Tips:

* Sertakan ikan dalam menu anda paling sedikit 3 kali dalam satu minggu

Sayur-sayuran dan buah-buahan

Sayur-sayuran menyediakan serat, vitamin, dan mineral, serta ratusan phytonutrient yang bersifat anti penuaan. Beberapa sayuran lebih baik dalam menunda penuaan dibandingkan sayuran lainnya. Pernyataan ini didasari oleh Departement Agrikultur Amerika Serikat yang memeriksa aktivitas antioxidant beberapa sayuran.

Namun, buah atau sayuran apapun lebih baik daripada tidak ada. Seseorang yang memakan sayuran lebih banyak memiliki kadar antioxidant yang lebih tinggi pula pada pembuluh darah mereka, dimana hal ini berarti penuaan yang lebih baik. Seorang vegetarian juga memiliki tulang yang lebih kuat disebabkan adanya kadar magnessium dan potassium yang dikandung oleh sayur dan buah-buahan (sayur berwarna hijau gelap juga mengandung vitamin K yang penting juga dalam memperkuat tulang).

Pilhan terbaik :
Buah: Pisang, strawberry, jambu, apel, alpukat, tomat, dan buah ceri.
Sayuran: Bayam, brokoli, asparagus, bunga kol, ubi jalar, wortel, labu, dan bawang.

Tips:
  1. Makan buah strawberry paling tidak satu kali sehari sebelum sarapan.
  2. Biasakan memakan pisang setelah makan hidangan utama
  3. Sediakan jus labu dengan 1 cangkir labu, ½ cangkir susu rendah lemak, dan kayu manis dan gula untuk penambah rasa .

Susu olahan rendah lemak
Olahan susu ini merupakan sumber terbaik untuk kalsium yang dapat memperkuat tulang. Bahan makanan ini kuga mengandung protein yang memperkuat tulang dan otot dan juga dibutuhkan dalam meningkatkan fungsi imun tubuh.

Pilihan terbaik :

Susu, baik yang rendah lemak atau bebas lemak. Susu yang difortifikasi dengan vitamin D penting untuk absorbsi kalsium. Kadar vitamin D yang cukup dapat mengurangi kemungkinan kanker prostate, usus besar, dan payudara.

Tips:
  1. Sediakan cappuccino yang dicampur dengan susu rendah lemak
  2. Buatlah bubur kentang ditambahkan dengan susu bebas lemak.
  3. Nikmati jus buah dicampur dengan susu rendah atau bebas lemak.

Menghindari Lemak, Memanjangkan Umur?
"Dengan menjadi gemuk akan menekan jantung anda, pembuluh darah, dan sendi, serta mempercepat proses penyakit terkait umur,” jelas Wilcox. Lemak tubuh berlebih berperan penting dalam perkembangan demensia, beberapa kanker tertentu, dan penyakit mata, termasuk katarak dan degenarasi macular terkait umur (age-related macular degenaretion)

Mengurangi beberapa ratus kalori dalam satu hari pada perencanaan pola makan anda dapat membuat anda dalam keadaan yang relative sehat jika nantinya anda berumur 80 atau 90 tahun. Itulah yang ditemukan Willcox dkk. pada saat mereka menghubungkan antara kebiasaan makan yang buruk dengan angka kematian pada 2000 pria yang tidak merokok. Pada penelitian mereka, pria yang mengkonsumsi rata-rata 1900 kalori perhari –sekitar 15% lebih rendah dari rata-rata seluruh kelompok – sepertinya cenderung hidup lebih lama setelah penelitian selama 36 tahun.

Tidak ada orang yang tahu secara pasti bagaimana diet rendah kalori bekerja untuk memperpanjang umur. Kemungkinan rahasianya ada pada metabolisme yang melambat yang terjadi akibat makan yang kurang. Penurunan metabolisme berarti tubuh anda memproduksi radikal bebas lebih sedikit.

Penuaan : Semuanya akan mengalaminya. Mungkin dengan mengkombinasikan diet yang kaya akan makanan “anti-aging” ditambah dengan makanan rendah kalori akan membantu kita hidup lebih sehat dan panjang umur.

Selasa, 24 Juni 2008

Memperkirakan umur

Memperkirakan Umur dengan Pemeriksaan Jantung

By Miranda Hitti
WebMD Health News
Translated by Husnul Mubarak

June 23, 2008 -- Jika anda menginginkan umur yang panjang, maka perhatikanlah jantung anda -- terutama arteri koroner. Penelitian terbaru menyatakan bahwa bahkan dengan umur 70 tahun ke atas, seseorang dengan arteri koroner yang sehat dapat hidup lebih lama.

Arteri koroner menyuplai darah ke otot jantung. Jika atherosclerosis mulai berkembang pada arteri coroner, serangan jantung akan beresiko terjadi. Penyakit arteri coroner (Coronary Artery Disease/CAD) merupakan pembunuh nomer 1 pria dan wanita di Amerika Serikat.

Plak arteri koroner mengandung kalsium. Mengukur kadar kalsium didalam dinding koroner -- dilakukan dengan CT-Scan khusus jantung -- merupakan tolak ukur dalam mengukur plak..

Berdasarkan dari pemeriksaan tersebut, seorang pasien akan diukur nilai kalsium pada arteri koronernya, disebut sebagai nilai kalsium jantung (cardiac calcium score) atau skor Agustan. Semakin rendah nilai tersebut, maka semakin baik keadaannya.

Penelitian terbaru yang dipublikasikan oleh Journal of the American College of Cardiology, membenarkan hal tersebut untuk seseorang dengan umur 70 tahun ke atas.

Suatu penelitian melibatkan 3570 orang berumur 70 tahun ke atas di Nashville, Tenn., dan Torrance, California. Mereka menjalani pemeriksaan CT Scan jantung dan nilai kalsium koronernya dinilai; setengah dari jumlah pasien tersebut adalah wanita.

Selama masa pengamatan, dimana rata-rata sekitar 6 tahun, 838 partisipan meninggal. Seperti yang diperkirakan, yang lebih muda hidup lebih lama, dan wanita hidup lebih lama daripada pria.

Namun bukan itu yang menjadi point utama. Nilai kalsium arteri koroner memprediksi siapa yang meninggal dan siapa yang tidak selama masa pengamatan, tanpa memperhatikan umur dan faktor lainnya.

Dengan kata lain, seorang lansia dengan nilai kalsium arteri koronernya sangat rendah mungkin hidup lebih lama dibandingkan seseorang yang lebih muda dengan nilai kalsium arteri koroner lebih tinggi.

Penelitian ini menelusuri kematian tersebut akibat penyebab tertentu, tidak hanya kematian akibat penyakit jantung Namun kebanyakan kematian pada umur dewasa terkait pada penyakit kardiovaskuler" ditulis oleh tim peneliti, termasuk seorang ahli cardiology dari Emory University, Palo Raggi, MD.

tim Raggi menyimpulkan melihat umur seseorang dan menggunakan nilai kalsium arteri koroner dapat mengidentifikasi individu yang beresiko tinggi.

Berapapun umur anda, kunci untuk memiliki arteri koroner yang sehat adalah pola makan yang sehat, gaya hidup yang aktif, dan perawatan medis yang tepat.