Panduan Terbaru Penatalaksanaan Osteoporosis
Perencanaan Penanganan Obat Sebaiknya Mempertimbangkan Resiko dan Manfaat untuk Tiap Individu
By Caroline Wilbert
WebMD Health News
Translated by Husnul Mubarak,S.Ked
Sept. 15, 2008 -- Obat bermanfaat untuk menanganani osteoporosis, dan memikirkan obat yang mana yang akan diresepkan berarti mengevaluasi plus dan minus dari tiap pilihan untuk tiap pasien, berdasarkan rekomendasi terbaru dari The American College of Physicians.
Semakin menua seseorang, maka tulang mereka akan semakin kurang padat dan kecenderungan fraktur semakin tinggi. Pada bentuk yang berat, kondisi ini diketahui sebagai osteoporosis. Osteoporosis biasnya dialami wanita setelah menopause, walaupun pria juga kadang mendapatkannya.
American College of Physicians membuat rekomendasi baru dibawah ini :
* Dokter sebaiknya menawarkan obat kepada seseorang yang telah diketahui mengalami osteoporosis dan seseorang yang telah mengalami apa yang disebut fraktur kerapuhan -- ketika tulang patah tanpa ada trauma yang bermakna.
* Dokter sebaiknya mempertimbangkan penanganan preventif pada pasien yang memiliki resiko mendapatkan osteoporosis.
* Dokter sebaiknya berperan dalam penilaian resiko dan manfaat individual ketika memilih diantara pilihan penanganan obat untuk osteoporosis
* Penelitian tambahan sebaiknya dilakukan untuk menginvestigasi penanganan osteoporosis pada pria dan wanita.
Peneliti secara kolektif mengulas data dari beberapa penelitian obat yang berbeda dan pada akhirnya membentuk panduan yang berdasarkan bukti (evidence-based)
Hal-hal penting yang ditemukan dari pengulasan data penelitian tersebut adalah :
* Bisphosphonates digunakan untuk prevensi atau penanganan osteoporosis. Obat ini mengurangi fraktur, namun tidak terdapat informasi yang baik mengenai seberapa lama seseorang sebaiknya mengkonsumsi obat ini. Efek samping obat ini termasuk refluks asam, dan masalah pada oesofagus; efek samping yang jarang namun serius adalah kerusakan tulang rahang
* Estrogen mengurangi insiden fraktur namun meningkatkan resiko beberapa jenis kanker, stroke, dan endapan darah.
* Obat non-estrogen yang berfokus terhadap reseptor estrogen (juga diketahui sebagai SERM, atau selective estrogen receptor modulator) mencegah fraktur spinal namun tidak mengurangi kecendrungan fraktur pinggul. Efek samping termasuk endapan darah (blood cloth).
* Kalsitonin digunakan untuk penanganan. Penulis mencatat bukti bahwa obat ini mngurangi insiden fraktur spinal, walaupun bukti menyatakan kalsitonin tidak mengurangi jenis fraktur lainnya. Tidak ada efek samping bermaka yang diketahui dari panduan ini.
* Teriparatide digunakan untuk penanganan osteoporosis. Obat ini mencegah fraktur spinal, namun bukti terhadap jenis fraktur yang lainnya menunjukkan hasil yang beragam. Tidak ada efek samping bermakna yang diketahui pada panduan.
* Vitamin D dan suplemen kalsium, jika dikonsumsi bersamaan, memiliki efek yang cukup terhadap fraktur. Tidak jelas seefektif bagaimana jika kombinasi obat tersebut dikonsumsi sendiri-sendiri
Perencanaan Penanganan Obat Sebaiknya Mempertimbangkan Resiko dan Manfaat untuk Tiap Individu
By Caroline Wilbert
WebMD Health News
Translated by Husnul Mubarak,S.Ked
Sept. 15, 2008 -- Obat bermanfaat untuk menanganani osteoporosis, dan memikirkan obat yang mana yang akan diresepkan berarti mengevaluasi plus dan minus dari tiap pilihan untuk tiap pasien, berdasarkan rekomendasi terbaru dari The American College of Physicians.
Semakin menua seseorang, maka tulang mereka akan semakin kurang padat dan kecenderungan fraktur semakin tinggi. Pada bentuk yang berat, kondisi ini diketahui sebagai osteoporosis. Osteoporosis biasnya dialami wanita setelah menopause, walaupun pria juga kadang mendapatkannya.
American College of Physicians membuat rekomendasi baru dibawah ini :
* Dokter sebaiknya menawarkan obat kepada seseorang yang telah diketahui mengalami osteoporosis dan seseorang yang telah mengalami apa yang disebut fraktur kerapuhan -- ketika tulang patah tanpa ada trauma yang bermakna.
* Dokter sebaiknya mempertimbangkan penanganan preventif pada pasien yang memiliki resiko mendapatkan osteoporosis.
* Dokter sebaiknya berperan dalam penilaian resiko dan manfaat individual ketika memilih diantara pilihan penanganan obat untuk osteoporosis
* Penelitian tambahan sebaiknya dilakukan untuk menginvestigasi penanganan osteoporosis pada pria dan wanita.
Peneliti secara kolektif mengulas data dari beberapa penelitian obat yang berbeda dan pada akhirnya membentuk panduan yang berdasarkan bukti (evidence-based)
Hal-hal penting yang ditemukan dari pengulasan data penelitian tersebut adalah :
* Bisphosphonates digunakan untuk prevensi atau penanganan osteoporosis. Obat ini mengurangi fraktur, namun tidak terdapat informasi yang baik mengenai seberapa lama seseorang sebaiknya mengkonsumsi obat ini. Efek samping obat ini termasuk refluks asam, dan masalah pada oesofagus; efek samping yang jarang namun serius adalah kerusakan tulang rahang
* Estrogen mengurangi insiden fraktur namun meningkatkan resiko beberapa jenis kanker, stroke, dan endapan darah.
* Obat non-estrogen yang berfokus terhadap reseptor estrogen (juga diketahui sebagai SERM, atau selective estrogen receptor modulator) mencegah fraktur spinal namun tidak mengurangi kecendrungan fraktur pinggul. Efek samping termasuk endapan darah (blood cloth).
* Kalsitonin digunakan untuk penanganan. Penulis mencatat bukti bahwa obat ini mngurangi insiden fraktur spinal, walaupun bukti menyatakan kalsitonin tidak mengurangi jenis fraktur lainnya. Tidak ada efek samping bermaka yang diketahui dari panduan ini.
* Teriparatide digunakan untuk penanganan osteoporosis. Obat ini mencegah fraktur spinal, namun bukti terhadap jenis fraktur yang lainnya menunjukkan hasil yang beragam. Tidak ada efek samping bermakna yang diketahui pada panduan.
* Vitamin D dan suplemen kalsium, jika dikonsumsi bersamaan, memiliki efek yang cukup terhadap fraktur. Tidak jelas seefektif bagaimana jika kombinasi obat tersebut dikonsumsi sendiri-sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar