Kamis, 23 Oktober 2008

Kelemahan Otot

Intervensi Rehabilitasi Medik Pada Pasien dengan Kelemahan Otot

Kebanyakan penyakit yang melibatkan neuromuskuler tidak dapat disembuhkan. Akan tetapi, program rehabilitasi yang efektif dapat mempertahankan kualitas hidup pasien, dengan memaksimalkan fungsi fisik dan psikososial pasien. Program rehabilitasi yang efektif dapat pula meminimalisir komorbiditas medis sekunder, mencegah atau membatasi deformitas fiik, dan membantu pasien berintegrasi dengan sosial. Modalitas terapi seperti jangkauan pergerakan, beserta penggunaan tongkat dan intervensi invasif tepat, dapat memperpanjang ambulasi.

Kelemahan otot skeletal merupakan permasalahan klinis yang paling besar pada kebanyakan penyakit neuromuskuler. Beberapa penelitian telah mendokumentasikan efek latihan sebagai alat bagi pasien memulihkan kekuatan ototnya. Pada penyakit neuromuskuler yang berkembang secara perlahan, 12 minggu latihan resistensi moderat (30% dari latihan isometric) meningkatkan kekuatan mulai dari 4-30%, tanpa efek samping yang bermakna. Akan tetapi, pada populasi yang sama, latihan resistansi tinggi selama 12 minggu tidak memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan program latihan resistansi moderat dan bukti terjadinya kelemahan akibat beban berat ditemukan pada beberapa subjek.


Stimulasi elektrik fungsional biasanya diberikan pada tungkai dan lengan untuk meningkatkan kekuatan otot, memicu dan meningkatkan jangkauan pergerakan, membantu penanganan edema perifer pada stroke dengan kontraksi otot isotonic, dan memperbaiki sensor proprioseptif sendi pada pasien dengan penurunan kemampuan sensorik. Stimulasi elektrik ini biasanya digunakan pada pasien dengan kekuatan otot yang minimal (Pemeriksaan Otot Manual dengan derajat 0-1), sebelum pasien menjalani latihan program rehabilitasi yang lebih tinggi tingkat resistensinya.


Rehabilitasi sebaiknya mengarahkan secara langsung pada pelatihan keterampilan dan fungsional. Terapi sebaiknya diberikan dengan intensitas yang memadai untuk mencapai target yang diinginkan. Program rehabilitasi medik yang diperlukan untuk memulihkan kekuatan otot adalah dalam bentuk terapi fisik dan terapi okupansional


Terapi fisik bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot, jangkauan pergerakan, mobilisasi, dan beberapa teknik kompensasi. Pelatihan fisik pada otot yang mengalami kelemahan dapat dibagi dalam tiga bentuk yaitu :
1. Latihan pergerakan pasif, yaitu pasien hanya mengandalkan seorang fisioterapi yang menggerakkan tungkainya tanpa ada usaha dari pasien
2. Latihan semiaktif, yaitu pasien melatih tungkainya dibantu dengan seorang fisioterapis yang menggerakkan tungkai tersebut
3. Latihan aktif, yaitu pasien berperan penuh terhadap pelatihan tungkainya tanpa bantuan dari fisioterapis. Fisioterapis hanya memandu pergerakan yang perlu dilakukan dalam latihan aktif.


Terapi okupansional tidak secara langsung membantu pasien memulihkan kekuatan otot tungkai namun diperlukan pasien untuk dapat mengerjakan aktivitas hidup sehari-hari yang mendasar (mis, mandi, berpakaian, makan, berkemih, dan bergerak). Kapasitas seseorang dalam mengerjakan aktivitas ini biasanya dihitung dengan menggunakan rangking skala disabilitas. Terapi okupansional pada tungkai biasanya baru dapat dikerjakan jika kekuatan otot pada pemeriksaan tes otot setidaknya telah mencapai derajat 4.


Terapi sosial dan psikologis diberikan untuk meningkatkan optimisme dari pasien sehingga motivasi untuk melakukan program secara tuntas dan teratur meningkat. Selain itu dukungan dari keluarga dan kerabat diyakini dapat membuat kondisi yang semakin kondusif bagi pasien untuk dapat sembuh.

1 komentar:

jemiro mengatakan...

ow ternyata ada tiga langkah juga ya, saya baru tahu, ada aktif, semiaktif dan pasif :D
thx infonya :D