Common Cold ialah infeksi primer di nasofaring dan hidung yang sering dijumpai pada bayi dan anak. Pada infeksi lebih luas, mencakup daerah sinus paranasal, telinga tengah samping nasofaring disertai demam tinggi(1).
Penyakit ini merupakan penyakit virus yang paling sering ditemukan pada manusia. Penyebabnya ialah beberapa jenis virus dan yang paling penting adalah Rhinovorus. Virus-virus lainnya adalah Myxovirus, virus Coxackie dan virus ECHO. Penyakit ini sangat menular dan gejala dapat timbul sebagai akibat tidak adanya kekebalan atau menurunnya daya tahan tubuh (kedinginan, kelelahan, adanya penyakit menahun, dll)(2,3).
Faktor predisposisi adalah kelelahan, gizi buruk, anemia dan kedinginan, walaupun umur bukan faktor yang menentukan daya rentan, namun infeksi sekunder purulen lebih banyak dijumpai pada anak kecil. Penyakit ini lebih sering diderita pada pergantian musim(1).
Pada stadium prodromal yang berlangsung beberapa jam, didapatkan rasa panas, kering dan gatal di dalam hidung. Kemudian akan timbul bersin berulang-ulang, hidung tersumbat dan ingus encer, yang biasanya disertai dengan demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak(2,4). Sumbatan hidung menyebabkan anak bernafas melalui mulut dan anak menjadi gelisah. Pada anak yang lebih besar kadang-kadang didap[at rasa nyeri pada otot, pusing dan anoreksia. Kongesti hidung disertai selaput lendir tenggorok yang kering menambah rasa nyeri(1).
Stadium pertama biasanya terbatas tiga hingga lima hari. Secret hidung mula-mula encer dan banyak, kemudian menjadi mukoid, lebih kental dan lengket. Penyakit dapat berakhir di titik ini. Namun pada kebanyakan pasien, penyakitnya berlanjut ke stadium invasi bakteri sekunder dicirikan oleh suatu rinore purulen, demam dan sering kali sakit tenggorokan. Mukosa yang merah, bengkak dan ditutupi secret mudah diamati intranasal. Sensasi kecap dan bau berkurang. Mengendus dan menghembuskan napas secara berulang menyebabkan kemerahan lubang hidung dan bibir atas. Stadium ini dapat berlangsung hingga dua minggu, sesudahnya pasien akan sembuh tanpa menemui dokter. Dokter biasanya hanya dihubungi bilamana terjadi komplikasi lanjut seperti pneumonia, laryngitis, infeksi telinga tengah atau sinusitis purulen(5,6).
Penyebaran flu yang disebabkan oleh berbagai virus terutama melalui infeksi droplets dan bukan karena tertelan. Jadi, infeksi pernapasan secara teoritik dapat dikendalikan dengan isolasi. N. amun, masyarakat umum tidak terkesan dengan “flu” sehingga tidak mungkin melarang penderita flu pergi ke sekolah, ke tempat kerja, atau berkumpul dengan banyak orang. Kerentanan terhadap flu sangat bervariasi antar individu. Ada beberapa petunjuk bahwa anak hingga usia lima tahun bersifat lebih rentan. Keadaan seperti paparan udara lembab atau angin dingin dan kelemahan yang sering kali disebut-sebut mempermudah perkembangan gejala flu(5).
Terapi terbaik pada flu virus tanpa komplikasi mungkin berupa istirahat baring dan isolasi sekitar dua hari. Antibiotik hanya bermanfaat dalam mengobati infeksi sekunder. Antihistamin, desensitisasi, dan tindakan anti alergi umum berguna dalam pengobatan gangguan alergi. Antihistamin digunakan untuk mengobati flu, batuk, dan alergi adalah penghambat H1. Dekongestan oral mengurangi secret hidung yang banyak, membuat pasien merasa nyaman, namun tidak menyembuhkan(4,5).
Hanya terapi simtomatik yang diberikan pada anak dengan common cold yaitu diberikan ekspektoran untuk mengatsi batuk, sedativum untuk menenangkan dan antipiretik untuk menurunkan panas penderita. Obstruksi hidung pada bayi sangat sukar diobati. Pengisapan lender dari hidung dengan berbagai alat tidak efektif dan biasanya berbahaya. Cara terbaik penyaluran secret ialah dengan mengusahakan posisi bayi prone position, pada anak besar dapat diberikan tetes hidung larutan efedrin 1%. Batuk yang produktif (pada bronchitis dan trakeitis) merupakan kontraindikasi pemberian antitusif (misal kodein) karena terjadi depresi pusat batuk dan pusat muntah, mudah terjadi pengumpulan secret sehingga mudah terjadi bronkopneumonia(1).
ISPA adalah suatu penyebab utama kesakitan pada bayi dan anak-anak muda. Walaupun paling sering self-limited dan terbatas pada saluran pernapasan bagian atas, tetapi pada akhirnya akan menimbulkan komplikasi pada saluran pernapasan bagian bawah. Asma, bronchiolitis, atau radang paru paru yang memerlukan perawatan di rumah sakit sering terjadi terutama pada bayi. Sebagai tambahan, beberapa infeksi saluran pernapasan disebabkan virus yang diperoleh pada awal kehidupan mungkin mendorong kearah sakit asma atau penyakit paru-paru kronik lain(7).
Infeksi pernapasan akut yang pertama terjadi pada angka median umur 6 bulan ( cakupan, 0.5-12 bulan). Pada bayi yang lebih muda dari 3 bulan mengalami infeksi pernapasan akut yang pertama, hanya rhinovirus, coronavirus, RSV, dan PIVS dideteksi. Terdapat lebih dari separuh jenis virus yang terdeteksi adalah Rhinovirus dan coronaviruses pada bayi yang lebih muda dari 6 bulan ( 24 dari 44, 55%). Distribusi virus lebih banyak pada bayi yang lebih tua(7).
Kebanyakan Infeksi pernapasan akut terjadi pada musim yang dingin: 34 (30%) peristiwa pada musim gugur, 41 ( 37%) pada waktu musim dingin, 26 ( 23%) pada musim semi dan 11 ( 10%) pada musim panas. Walaupun infeksi RSV, HMPV, IV, dan adenovirus terjadi terutama sepanjang musim dingin ( 65%, 50%, dan 86% pada kasus berturut-turut) dan infeksi dengan rhinovirus pada musim gugur ( 46%), distribusi yang musiman nampak seragam [untuk coronaviruses. PIV-1 dan - 2 infeksi terjadi hanya sepanjang musim gugur dan musim dingin, sedangkan PIV-3 infeksi ditemukan sepanjang tahun. Terdapat lebih dari separuh jenis virus yang terdeteksi adalah Rhinovirus dan coronaviruses selama musim panas dan musim gugur ( 26 dari 43, 61%)(7).
Bayi yang mengalami wheezing ketika mereka terkena infeksi dengan rhinovirus lebih mungkin untuk mempunyai diagnosa sakit asma pada saat mereka berusia 6 tahun, menurut penyelidik yang memperkenalkan penemuan mereka pada 63rd pertemuan tahunan American Academy of Allergy, Asthma and Immunology. 41 sampel yang mengalami wheezing pada saat terkena infeksi rhinovirus saat mereka bayi( 54%) mempunyai diagnosa sakit asma oleh pada umur 6 tahun dibandingkan dengan 23% dari 214 anak-anak yang tidak mengalami wheezing pada infeksi rhinovirus ( P= . 0002)(8).
Selama ini preparat Echinacea sering digunakan untuk mengobati common cold. Tetapi tidak ada konsensus yang benar-benar menjelaskan apakah Echinacea dapat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Placebo yang dibandingkan dengan Echinacea yang tidak disuling tidak dapat memberikan manfaat atau kerugian pada mahasiswa University of Wisconsin Medical School yang mengalami common cold(9).
Paparan asap rokok adalah suatu penyebab utama tetapi dapat dicegah dalam peningkatan resiko infeksi paru-paru pada orang dewasa dan anak-anak. paparan asap pada orang dewasa meningkatkan insiden dan keparahan penyakit asma, gangguan fungsi paru-paru dan saluran napas. Efek paparan asap rokok dalam menimbulkan infeksi paru-paru sama dengan efek yang ditimbulkan pada perokok aktif dan anak-anak yang memiliki resiko tertinggi. Hampir separuh dari anak-anak di dunia menghirup asap rokok di rumah dan keadaan pre dan post natal berhubungan dengan penurunan fungsi paru-paru dan meningkatkan resiko dan keparahan penyakit asma dan infeksi saluran napas. Bila dibandingkan dengan bukan perokok, perokok memiliki resiko yang lebih besar dalam memperoleh common cold(10).
Penyakit ini merupakan penyakit virus yang paling sering ditemukan pada manusia. Penyebabnya ialah beberapa jenis virus dan yang paling penting adalah Rhinovorus. Virus-virus lainnya adalah Myxovirus, virus Coxackie dan virus ECHO. Penyakit ini sangat menular dan gejala dapat timbul sebagai akibat tidak adanya kekebalan atau menurunnya daya tahan tubuh (kedinginan, kelelahan, adanya penyakit menahun, dll)(2,3).
Faktor predisposisi adalah kelelahan, gizi buruk, anemia dan kedinginan, walaupun umur bukan faktor yang menentukan daya rentan, namun infeksi sekunder purulen lebih banyak dijumpai pada anak kecil. Penyakit ini lebih sering diderita pada pergantian musim(1).
Pada stadium prodromal yang berlangsung beberapa jam, didapatkan rasa panas, kering dan gatal di dalam hidung. Kemudian akan timbul bersin berulang-ulang, hidung tersumbat dan ingus encer, yang biasanya disertai dengan demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak(2,4). Sumbatan hidung menyebabkan anak bernafas melalui mulut dan anak menjadi gelisah. Pada anak yang lebih besar kadang-kadang didap[at rasa nyeri pada otot, pusing dan anoreksia. Kongesti hidung disertai selaput lendir tenggorok yang kering menambah rasa nyeri(1).
Stadium pertama biasanya terbatas tiga hingga lima hari. Secret hidung mula-mula encer dan banyak, kemudian menjadi mukoid, lebih kental dan lengket. Penyakit dapat berakhir di titik ini. Namun pada kebanyakan pasien, penyakitnya berlanjut ke stadium invasi bakteri sekunder dicirikan oleh suatu rinore purulen, demam dan sering kali sakit tenggorokan. Mukosa yang merah, bengkak dan ditutupi secret mudah diamati intranasal. Sensasi kecap dan bau berkurang. Mengendus dan menghembuskan napas secara berulang menyebabkan kemerahan lubang hidung dan bibir atas. Stadium ini dapat berlangsung hingga dua minggu, sesudahnya pasien akan sembuh tanpa menemui dokter. Dokter biasanya hanya dihubungi bilamana terjadi komplikasi lanjut seperti pneumonia, laryngitis, infeksi telinga tengah atau sinusitis purulen(5,6).
Penyebaran flu yang disebabkan oleh berbagai virus terutama melalui infeksi droplets dan bukan karena tertelan. Jadi, infeksi pernapasan secara teoritik dapat dikendalikan dengan isolasi. N. amun, masyarakat umum tidak terkesan dengan “flu” sehingga tidak mungkin melarang penderita flu pergi ke sekolah, ke tempat kerja, atau berkumpul dengan banyak orang. Kerentanan terhadap flu sangat bervariasi antar individu. Ada beberapa petunjuk bahwa anak hingga usia lima tahun bersifat lebih rentan. Keadaan seperti paparan udara lembab atau angin dingin dan kelemahan yang sering kali disebut-sebut mempermudah perkembangan gejala flu(5).
Terapi terbaik pada flu virus tanpa komplikasi mungkin berupa istirahat baring dan isolasi sekitar dua hari. Antibiotik hanya bermanfaat dalam mengobati infeksi sekunder. Antihistamin, desensitisasi, dan tindakan anti alergi umum berguna dalam pengobatan gangguan alergi. Antihistamin digunakan untuk mengobati flu, batuk, dan alergi adalah penghambat H1. Dekongestan oral mengurangi secret hidung yang banyak, membuat pasien merasa nyaman, namun tidak menyembuhkan(4,5).
Hanya terapi simtomatik yang diberikan pada anak dengan common cold yaitu diberikan ekspektoran untuk mengatsi batuk, sedativum untuk menenangkan dan antipiretik untuk menurunkan panas penderita. Obstruksi hidung pada bayi sangat sukar diobati. Pengisapan lender dari hidung dengan berbagai alat tidak efektif dan biasanya berbahaya. Cara terbaik penyaluran secret ialah dengan mengusahakan posisi bayi prone position, pada anak besar dapat diberikan tetes hidung larutan efedrin 1%. Batuk yang produktif (pada bronchitis dan trakeitis) merupakan kontraindikasi pemberian antitusif (misal kodein) karena terjadi depresi pusat batuk dan pusat muntah, mudah terjadi pengumpulan secret sehingga mudah terjadi bronkopneumonia(1).
ISPA adalah suatu penyebab utama kesakitan pada bayi dan anak-anak muda. Walaupun paling sering self-limited dan terbatas pada saluran pernapasan bagian atas, tetapi pada akhirnya akan menimbulkan komplikasi pada saluran pernapasan bagian bawah. Asma, bronchiolitis, atau radang paru paru yang memerlukan perawatan di rumah sakit sering terjadi terutama pada bayi. Sebagai tambahan, beberapa infeksi saluran pernapasan disebabkan virus yang diperoleh pada awal kehidupan mungkin mendorong kearah sakit asma atau penyakit paru-paru kronik lain(7).
Infeksi pernapasan akut yang pertama terjadi pada angka median umur 6 bulan ( cakupan, 0.5-12 bulan). Pada bayi yang lebih muda dari 3 bulan mengalami infeksi pernapasan akut yang pertama, hanya rhinovirus, coronavirus, RSV, dan PIVS dideteksi. Terdapat lebih dari separuh jenis virus yang terdeteksi adalah Rhinovirus dan coronaviruses pada bayi yang lebih muda dari 6 bulan ( 24 dari 44, 55%). Distribusi virus lebih banyak pada bayi yang lebih tua(7).
Kebanyakan Infeksi pernapasan akut terjadi pada musim yang dingin: 34 (30%) peristiwa pada musim gugur, 41 ( 37%) pada waktu musim dingin, 26 ( 23%) pada musim semi dan 11 ( 10%) pada musim panas. Walaupun infeksi RSV, HMPV, IV, dan adenovirus terjadi terutama sepanjang musim dingin ( 65%, 50%, dan 86% pada kasus berturut-turut) dan infeksi dengan rhinovirus pada musim gugur ( 46%), distribusi yang musiman nampak seragam [untuk coronaviruses. PIV-1 dan - 2 infeksi terjadi hanya sepanjang musim gugur dan musim dingin, sedangkan PIV-3 infeksi ditemukan sepanjang tahun. Terdapat lebih dari separuh jenis virus yang terdeteksi adalah Rhinovirus dan coronaviruses selama musim panas dan musim gugur ( 26 dari 43, 61%)(7).
Bayi yang mengalami wheezing ketika mereka terkena infeksi dengan rhinovirus lebih mungkin untuk mempunyai diagnosa sakit asma pada saat mereka berusia 6 tahun, menurut penyelidik yang memperkenalkan penemuan mereka pada 63rd pertemuan tahunan American Academy of Allergy, Asthma and Immunology. 41 sampel yang mengalami wheezing pada saat terkena infeksi rhinovirus saat mereka bayi( 54%) mempunyai diagnosa sakit asma oleh pada umur 6 tahun dibandingkan dengan 23% dari 214 anak-anak yang tidak mengalami wheezing pada infeksi rhinovirus ( P= . 0002)(8).
Selama ini preparat Echinacea sering digunakan untuk mengobati common cold. Tetapi tidak ada konsensus yang benar-benar menjelaskan apakah Echinacea dapat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Placebo yang dibandingkan dengan Echinacea yang tidak disuling tidak dapat memberikan manfaat atau kerugian pada mahasiswa University of Wisconsin Medical School yang mengalami common cold(9).
Paparan asap rokok adalah suatu penyebab utama tetapi dapat dicegah dalam peningkatan resiko infeksi paru-paru pada orang dewasa dan anak-anak. paparan asap pada orang dewasa meningkatkan insiden dan keparahan penyakit asma, gangguan fungsi paru-paru dan saluran napas. Efek paparan asap rokok dalam menimbulkan infeksi paru-paru sama dengan efek yang ditimbulkan pada perokok aktif dan anak-anak yang memiliki resiko tertinggi. Hampir separuh dari anak-anak di dunia menghirup asap rokok di rumah dan keadaan pre dan post natal berhubungan dengan penurunan fungsi paru-paru dan meningkatkan resiko dan keparahan penyakit asma dan infeksi saluran napas. Bila dibandingkan dengan bukan perokok, perokok memiliki resiko yang lebih besar dalam memperoleh common cold(10).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar