Minggu, 07 Desember 2008

Kebahagiaan Menular

Kebahagiaan Dapat Menular!!!
Penelitian Memperlihatkan Jaringan Sosial Mempengaruhi Mood
By Salynn Boyles
WebMD Health News
Reviewed by Louise Chang, MD
Translated by Husnul Mubarak

Dec. 4, 2008 -- Dapatkah kebahagiaan ditularkan???

Penelitian terbaru dari Harvard Medical School dan University of California, San Diego menyimpulkan bahwa kebahagiaan tidak hanya dipengaruhi oleh orang yang anda kenal, tetapi juga orang yang teman anda kenal.

Penelitian menunjukkan bahwa kebahagiaan menyebar melalui jaringan sosial, seperti virus, yang berarti kebahagiaan anda dapat mempengaruhi kebahagiaan seseorang yang anda tidak pernah temui.

Kesedihan dapat menyebar pula, tetapi kurang efisien, kata salah satu peneliti, James H. Fowler, PhD, dari University of California-San Diego.

"Kita telah lama mengetahui bahwa hubungan langsung antara 2 orang dapat saling mempengaruhi kebahagiaan mereka satu sama lainnya," Kata Fowler pada WebMD.

"Tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan tidak langsung juga mempengaruhi kebahagiaan. Kami menemukan hubungan statistik tidak hanya antara kebahagiaan anda dan kebahagian teman anda akan tetapi antara kebahagian anda dan kebahagiaan teman dari temannya teman anda.”

Tiga derajat Pemisahan

Fowler dan ilmuan sosial dari Harvard, Nicholas Christakis, MD, PhD, telah mempelajari jaringan social selama beberapa tahun, menggunakan data dari Framingham Heart Study.

Tahun lalu, pasangan ini membuat berita ketika melaporkan bahwa kegemukan sepertinya menyebar melalui kelompok social, sehingga kemungkinan untuk menjadi gemuk lebih besar ketika teman-teman anda dan teman mereka bertambah berat badannya.

Suatu penelitian terkait, dipublikasikan pada awal tahun ini, menemukan bahwa perokok lebih cenderung berhenti merokok ketika keluarga mereka, teman, dan jaringan social lainnya berhenti merokok.

Penelitian terakhir mereka, dipublikasi secara online di Jurnal BMJ, didesain untuk menentukan apakah kebahagiaan menyebar melalui jaringan social dengan cara yang serupa dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
.
Peneliti berhasil untuk merekrut jaringan sosial dari 4,739 peserta Framingham dimana kebahagiaan merka diukur dari tahun 1983 hingga 2003. Pemeriksaan standar untuk menilai kebahagiaan terdiri dari pertanyaan dengan jawaban seperti “Saya memiliki harapan yang besar tentang masa depan,” dan “saya bahagia”

Peristiwa keluarga yang penting dari tiap peserta –seperti kelahiran, kematian, perkawinan, dan perceraian – juga dilaporkan. Peserta juga diminta untuk memberikan nama anggota keluarga, teman dekat, partner, dan tetangga.

Karena kebanyakan dari kontak mereka juga merupakan subjek penelitian ini, peneliti mampu mengidentifikasi lebih dari 50.000 sosial dan ikatan keluarga kemudian menganalisa penyebaran kebahagiaan dalam kelompok tersebut.

Teman yang Bahagia Membuatmu Bahagia

Mereka menyimpulkan bahwa kebahagiaan dari teman langsung meningkatkan peluang seorang individu untuk menjadi bahagia sebesar 15%, kata Fowler.

Kebahagiaan dari kontak derajat kedua, seperti pacar teman, meningkatkan kemungkinan menjadi bahagia sebesar 10% dan kebahagiaan dari kontak derajat ketiga – teman dari temannya teman – meningkatkan kemungkinan untuk menjadi bahagia sebesar 6%.

Hubungan ini tidak terlihat pada kontak derajat 4 (teman dari temannya temannya teman).

Fowler berkata bahwa penemuan ini tidak berarti anda sebaiknya menjauhi orang yang tidak bahagia, tetapi anda sebaiknya berusaha sedapat mungkin untuk menyebarkan kesenangan.

"Kita harus berpikir bahwa kebahagiaan merupakan suatu fenomna kolektif,” menurutnya. “Jika saya pulang ke rumah dengan mood yang buruk, saya akan kehilangan kesempatan untuk membahagiakan tidak hanya anak dan istri saya akan tetapi teman-teman mereka juga.”

Richard Suzman, PhD, yang memimpin divisi penelitian perilaku dan sosial dari National Institutes of Health, yang membiayai penelitian ini, menyebutkan penelitian ini merupakan pioneer

"Penemuan ini sangat kuat," Suzman berkata kepada WebMD. "Dari perspektif kebijakan public, penelitian ini mengajarkan kita untuk mempertimbangkan dampak social dari kebahagiaan, obesitas, atau merokok. Kita baru memulai memahami bagaimana jaringan sosial ini dapat mempengaruhi seseorang untuk menjadi lebih baik atau lebih buruk."

Tidak ada komentar: