Kamis, 22 Mei 2008

Entrapment Neuropati

ENTRAPMENT NEUROPATI

I. PENDAHULUAN

Otak dan medulla spinalis menerima dan mengirimkan impuls ke otak atau dari reseptor sensorik. Impuls ini ditransmisikan oleh saraf-saraf perifer. Saraf ini melintasi ekstremitas bawah dan atas serta menyeberangi berbagai sendi dalam jalurnya menuju susunan saraf pusat. Namun, dalam perjalanannya pada struktur tersebut saraf ini dapat terkompresi pada area-area tertentu (1)

Entrapment neuropati atau neuropati jebakan mengandung pengertian adanya trauma saraf perifer terisolasi yang terjadi pada lokasi tertentu dimana secara mekanis, mengalami penekanan oleh terowongan jaringan ikat atau tulang rawan, atau adanya deformitas oleh suatu jaringan ikat. Contohnya yaitu cedera saraf yang diakibatkan oleh kompresi langsung, atau contoh lain regangan atau angulasi yang kuat mengakibatkan trauma mekanis pada saraf. Contoh yang umum terjadinya kompresi adalah terowongan jaringan tulang rawan pada carpal tunnel syndrome dan pada ulnar neuropati di area terowongan cubital.Cedera angulasi atau regangan yang kuat adalah mekanisme yang penting dalam terjadinya cedera pada ulnar neuropati yang berkaitan dengan deformitas berat dari sendi sikut (”tardy ulnar plasy”). Kompresi rekuren pada saraf oleh tekanan luar dapat menyebabkan trauma fokal seperti ulnar neuropati dan lesi cabang yang dalam dari nervus ulnaris di dalam tangan. (1,2)

Entrapment juga dapat terjadi oleh fibrosis atau penyembuhan suatu luka dari trauma lokal, perdarahan, atau traksi yang cenderung ”mengikat” saraf sehingga membatasi mobilitas normal saraf dalam jaringan. (2)

III. EPIDEMIOLOGI

Entrapment neuropati merupakan kumpulan penyakit saraf perifer yang dicirikan dengan adanya nyeri atau kehilangannya fungsi saraf akibat kompresi yang kronik. Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan kasus entrapment neuropati yang paling sering. Penyakit ini lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria, kemungkinan akibat terowongan karpal lebih kecil lintasannya pada wanita dibandingkan pada pria. Rasio antara wanita dengan pria yang menderita CTS ini sekitar 3:1. Biasanya penyakit ini muncul pada orang yang profesinya sering mengangkat beban yang berat dan pergerakan tangan berulang seperti pada pekerja pabrik, cleaning service, dan para pekerja tekstil.(3)

Neuropati pada saraf ulnaris merupakan penyakit tersering yang kedua yang disebabkan kompresi pada daerah siku atau pergelangan tangan. Penyakit ini menyerang pria 3-8 kali lebih sering dibandingkan pada wanita.(4)

Sedangkan pada Tarsal Tunnel Syndrome, belum ada dilaporkan prevalensi dan insidens terjadinya penyakit ini.

IV. ETIOLOGI

Ada beberapa keadaan yang dapat menimbulkan entrapment neuropati. Saraf perifer dalam perjalannya ke distal pada anggota gerak atas maupun anggota gerak bawah melewati beberapa terowongan yang berbatasan dengan tulang, jaringan tendo atau jaringan muskuler. Pada titik yang dimaksud dapat terjadi disfungsi saraf oleh karena(5):

  1. Kompresi akibat kompartemen yang menyempit baik karena penyakit lokal maupun sistemik seperti diabetes melitus, artritis rematoid, kehamilan, akromegali, hipotiroidisme atau karena adanya pembengkakan jaringan sekitar, misalnya pada sindroma terowongan karpal.
  2. Ketegangan berulang-ulang pada saraf yang melalui struktur yang mengalami kelainan.
  3. Tekanan oleh karena penyembuhan tulang yang kurang baik (malunion) misalnya pada nervus medianus akibat fraktur Colles.
  4. Gesekan yang disebabkan oleh penyempitan yang berulang-ulang dari serabut saraf misalnya pada thoracic outlet syndrome.
  5. Dislokasi yang berulang-ulang (tardi ulnar paralisis)

V. PATOFISIOLOGI

Beberapa penulis menduga faktor mekanik dan faktor vaskular memegang peranan penting dalam terjadinya entrapment neuropati. Tekanan yang berulang-ulang dan lama pada saraf akan menyebabkan peninggian tekanan intravesikuler. Akibatnya aliran darah vena intravesikuler melambat. Kongesti yang terjadi akan mengganggu nutrisi intravesikuler lalu diikuti anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf.(6) Penekanan yang berulang pada saraf yang melebihi tekanan perfusi kapiler akan menyebabkan terjadinya gangguan mikrovaskular. Hal ini menyebabkan hilangnya lapisan mielin sehingga terjadi keterlambatan konduksi saraf pada daerah yang terkena. Ketika kompresi yang akut terjadi, konduksi saraf terhambat. Kompresi yang semakin berat menimbulkan iskemik yang mengakibatkan kerusakan akson. Keadaan iskemik dan timbulnya peninggian tekanan intravesikuler akan makin memperparah kerusakan saraf. Akibat kerusakan ini, penyembuhan menjadi lambat dan berlangsung lama dan penyembuhannya dapat tidak sempurna.(5)

VI. PEMBAGIAN ENTRAPMENT NEUROPATI

  1. Sindrom Kanalis Karpal (Carpal Tunnel Syndrome)

Terjadi karena adanya penekanan saraf sensorik di terowongan pergelangan tangan (karpal). Saraf medianus atau saraf tengah masuk telapak tangan antara tendon fleksor dan retinakulum fleksor. Rongga kecil ini adalah kanalis karpal (carpal tunnel). Penyempitan oleh lemak atau cairan di sekelilingnya menekan saraf medianus, munculah kesemutan. Bisa terjadi akibat komplikasi kehamilan, obesitas, diabetes melitus, rematik. Gejala-gejala meliputi nyeri pada tangan yang kadang menyebar ke lengan atas. Nyeri makin berat di malam hari. Gejala menjadi parah oleh kerja manual yang berat seperti mencuci, menggosok. Penyelesaiannya bisa dengan operasi atau disuntik obat untuk memperlebar terowongan. Bisa juga hanya dengan fisioterapi bila gejala ringan.(7) Gambar anatomi dari nervus medianus*

Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa STK(8) adalah:

a) Flick's sign

Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosa STK. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.

b) Thenar wasting.

Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot thenar.

c) Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual maupun dengan alat dinamometer.

Penderita diminta untuk melakukan abduksi maksimal palmar lalu ujung jari dipertemukan dengan ujung jari lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan pada ujung jari-jari tersebut. Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta penderita melakukan gerakan yang rumit seperti menulis atau menyulam.

____________________

* Kepustakaan no. 9

d) Wrist extension test.

Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti STK, maka tes ini menyokong diagnosa STK.

e) Phalen's test.

Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa STK.

f) Torniquet test

Dilakukan pemasangan torniquet dengan menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.

g) Tinel's sign

Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.


h.) Pressure test

i. Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.

ii. Luthy's sign (bottle's sign).

iii. Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung diagnosa.

i) Pemeriksaan sensibilitas.

Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes dianggap positif dan menyokong diagnosa.

j) Pemeriksaan fungsi otonom

Diperhatikan apakah ada perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus medianus. Bila ada akan mendukung diagnosa STK.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:

a. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)

Ø Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa normal pada 31 % kasus STK.

Ø Kecepatan Hantar Saraf (KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa normal. Pada yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal (distal latency) memanjang, menunjukkan adanya gangguan pada konduksi safar di pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik.

b. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos leher berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT scan dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi.(8)

c. Pemeriksaan laboratorium

Bila etiologi STK belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kadar gula darah , kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.(8)

Diferensial Diagnosis Sindrom Kanalis Karpal

Beberapa diferensial diagnosis dari sindrom kanalis karpal (8)adalah:

1. Cervical radiculopathy. Biasanya keluhannya berkurang hila leher diistirahatkan dan bertambah bila leher bergerak. Distribusi gangguan sensorik sesuai dermatomnya.

2. Thoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-otot thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan lengan bawah.

3. Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak tangan daripada STK karena cabang nervus medianus ke kulit telapak tangan tidak melalui terowongan karpal.

4. de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abduktor pollicis longus dan ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang repetitif. Gejalanya adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan tangan di dekat ibu jari. KHS normal. Finkelstein's test : palpasi otot abduktor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu jari, positif bila nyeri bertambah.

Terapi pada Sindrom Kanalis Karpal

Selain ditujukan langsung terhadap STK, terapi juga harus diberikan terhadap keadaan atau penyakit lain yang mendasari terjadinya STK. Oleh karena itu sebaiknya terapi STK dibagi atas 2 kelompok, yaitu (8):

1. Terapi langsung terhadap STK

a. Terapi konservatif.

o Istirahatkan pergelangan tangan.

o Obat anti inflamasi non steroid.

o Ada juga program latihan pergelangan tangan dan pemakaian wrist splint sejenis pembungkus untuk menetralkan posisi pergelangan tangan.

o lnjeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg atau metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial tendon musculus palmaris longus. Bila belum berhasil, suntikan dapat diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi dapat dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan.

o Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretika.

o Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu penyebab STK adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila diberikan dalam dosis besar

o Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan tangan.

b. Terapi operatif.

Tindakan operasi pada STK disebut neurolisis nervus medianus pada pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami perbaikan dengan terapi konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar . Pada STK bilateral biasanya operasi pertama dilakukan pada tangan yang paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan operasi bilateral. Penulis lain menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak dilakukan bila terapi konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar, sedangkan indikasi relatif tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yang persisten.

Biasanya tindakan operasi STK dilakukan secara terbuka dengan anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik operasi secara endoskopik. Operasi endoskopik memungkinkan mobilisasi penderita secara dini dengan jaringan parut yang minimal, tetapi karena terbatasnya lapangan operasi tindakan ini lebih sering menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada saraf. Beberapa penyebab STK seperti adanya massa atau anomali maupun tenosinovitis pada terowongan karpal lebih baik dioperasi secara terbuka.

2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari STK.

Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya STK harus ditanggulangi, sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan STK kembali. Pada keadaan di mana STK terjadi akibat gerakan tangan yang repetitif harus dilakukan penyesuaian ataupun pencegahan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya STK atau mencegah kekambuhannya antara lain:

o Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral

o Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh tangan dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya Menggunakan ibu jari dan telunjuk.

o Batasi gerakan tangan yang repetitif.

o Istirahatkan tangan secara periodik.

o Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan memiliki waktu untuk beristirahat.

o Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan peregangan secara teratur.

2. Sindrom Kanalis Tarsal (Tarsal Tunnel Syndrome)

Sindrom ini masih bersaudara dengan sindrom kanalis karpal. Gejala dan kejadiannya sama, hanya saja mengenai jari-jari kaki. Umumnya diderita kaum lelaki. Terapinya pun sederhana, bila tidak ada penciutan otot. Hanya dengan mengistirahatkan kaki dan tidak boleh terlalu banyak beraktivitas. Kalau ada penciutan otot, tentu harus dioperasi.(7)

Gambaran nervus tibialis posterior yang melalui terowongan tarsal*

3. Sindrom Ulnaris (Sindrom Saraf Tulang Hasta)

Saraf ulnaris atau saraf tulang hasta (gambar C8) biasanya terjepit di daerah siku. Neuropati ini bisa jadi akibat efek lanjut semisal dislokasi akibat tulang lengan atas mengalami kerusakan. Akibatnya, tidak hanya saraf sensorik, saraf motorik juga kena. Kelemahan tangan bisa juga muncul. (7)

Gejala dapat dihilangkan dengan pembedahan saraf ke bagian siku. Saraf ulnaris juga dapat terganggu bila ada tekanan terlalu lama di telapak tangan. Ini biasanya terjadi pada pekerja manual atau akibat tekanan tongkat yang berat di telapak tangan(7).

___________________

* Kepustakaan no. 10

4. Sindrom Sabtu Malam (Saturday Night Palsy )

Muncul akibat tekanan kepala pacar dan tekanan kursi yang mengenai pundak dan tangan saat malam mingguan. Gejala yang muncul antara lain, jari-jari sulit digerakkan, kesemutan di ujung jari, di balik kuku. Biasanya pada ibu jari dan telunjuk. Pergelangan tangan masih ditekuk dan tangan masih bisa untuk meninju. (7)

Bila gejalanya ringan, biasanya dalam waktu seperempat jam bisa pulih lagi. Kalau sudah sampai hilang rasa dalam waktu berjam-jam, segeralah periksakan diri ke ahli saraf. (7,8)

5. Sindrom Kanalis Radial (Radial Tunnel Symptoms)

Terjadi karena saraf radial yang masuk ke teromongan di antara otot lengan bawah tertekan otot. Umumnya disebabkan karena kontraksi lengan bawah yang terlalu kuat, misalnya untuk mengayun sesuatu. Karena itu, para petenis sering mengalami hal ini. (7)

Gejalanya ialah rasa nyeri di bagian punggung lengan bawah persis di bawah siku. Kadang-kadang nyeri terasa juga di bagian pergelangan tangan. Biasanya gejala kesemutan atau baal nyaris tidak ada. Jari-jari kemungkinan besar tidak bisa dibuka. Dokter biasanya akan menyarankan untuk menghentikan aktivitas tangan. (7,8)

6. Sindrom Kanalis Cubitalis (Cubital Tunnel Syndrome)

Kesemutan atau baal biasanya terjadi di jari manis. Atau terjadi di wilayah saraf ulnaris. Gejalanya seperti sindrom ulnaris. Baal biasanya terjadi tidak hanya pada satu tangan. Mulai ketika mengangkat telpon, menekan siku ke meja atau menekuk siku. Kadang-kadang muncul nyeri di bagian dalam siku atau pergelangan tangan. (7)

Kasus seperti ini jarang ditemui. Biasanya muncul akibat tulang siku yang terbentur tanpa sengaja berkali-kali dan kita diamkan saja. Beberapa minggu sesudahnya muncul gejala kesemutan. Kalau sudah baal, biasanya harus dibedah atau kadang-kadang hanya dengan obat saja bisa sembuh. (3,7,8)

Gambaran anatomi dari nervus ulnaris*

Semua pasien yang diduga sindroma terowongan kubital harus mendapatkan pemeriksaan EMG dan kecepatan konduksi saraf (NCV), sinar-X siku dan tulang belakang servikal. (8,11)

EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) :
(1) kelainan saraf metabolik atau nutrisional,  seperti polineuropati  diabetik dan 
(2) tempat  jeratan  kedua, seperti gangguan akar C8 (hingga disebut 'double  crush syndrome').  
   Hasil tes elektrodiagnostik  tidak  boleh digunakan sebagai alat diagnostik primer untuk  mengindikasikan operasi. Mungkin indikator elektrodiagnostik untuk kelainan saraf ulnar pada siku yang paling spesifik dan masuk akal adalah perlambatan kecepatan konduksi  melintas siku. 
Walaupun nilai normal belum pasti, kecepatan konduksi (NCV) saraf ulnar umumnya 47-65 m/dt dengan rata-rata 55 m/dt. Pengurangan kecepatan kurang dari 25 % mungkin tidak bermakna. Pengurangan kecepatan lebih dari 33 % mungkin menunjukkan proses gangguan saraf disiku.
Temuan EMG lain  yang   menunjukkan   sindroma terowongan kubital adalah berkurangnya jumlah potensial aksi unit motor, fibrilasi dan gelombang positif, dan pada  kasus  yang lebih  berat, potensial  reinnervasi polifasik. Indikator sensitif perubahan konduksi lainnya  adalah  hilangnya potensial sensori  evoked. (8,12)
                    i.      Posisi  siku  harus harus standar pada  saat  melakukan pemeriksaan  elektrodiagnostik. Variasi  pembacaan  NCV bisa  terjadi  saat fleksi dan  ekstensi,  bahkan  pada orang normal.
                ii.      Sinar-X   siku   memberikan   informasi berguna menyangkut etiologi yang membantu rencana  pengelolaan. Spur  artritik,  tumor tulang,  raktura,  atau  kubitus valgus bisa ditemukan. Tampilan anteroposterior sedikit oblik,  disebut  sebagai tampilan  terowongan  kubital.
Banyak proses patologis kord tulang belakang menyerupai sindroma ini, semua mungkin tampil dengan tanda dan gejala motor yang predominan. Bila pasien mengeluh 'tangan baal dan kaku', pikirkan lesi kord intrinsic seperti tumor intrameduler, siringomielia, sclerosis lateral amiotrofik, dan lesi kord ekstrinsik seperti kelainan saraf spondilitik servikal. Penyebab nyeri dan disfungsi tangan lainnya adalah
(13) :
  (1)  gangguan  akar servikal  karena  osteofit atau diskus  yang  mengalami herniasi,
  (2)  tumor Pancoast dan  lesi  lain  pleksus  brakhial bawah dan medial, dan 
  (3) kompresi saraf ulnar ditempat  lain, seperti pada terowongan Guyon.  
Sebagai tambahan, berbagai gangguan saraf sistemik, seperti defisiensi nutrisional atau DM, mungkin berdiri sendiri atau bersama dengan sindroma terowongan kubital menyebabkan kelemahan, atrofi, nyeri dan baal pada distal ekstremitas atas. Terkadang, pengaruh usia menyebabkan atrofi dan disfungsi tangan intrinsik

Terapi yang diberikan pada penderita sindrom kanalis cubital adalah (7)

  1. Konservatif

NSAID, batasi aktivitas tulang sampai siku

2. Operatif

Paling sedikit ada lima cara operasi berbeda yang dianjurkan untuk sindroma terowongan kubital. Masing-masing dengan keuntungan dan kerugiannya sendiri. Dikelompokkan kedalam kategori:

(1) dekompresi à untuk proses kompresi tanpa memindahkan saraf dari tempatnya pada alur ulnar. Tindakan dekompresi adalah dekompresi sederhana dan epikondilektomi medial.

(2) transposisi à Tindakan dekompresi ditujukan Tindakan transposisi memindahkan saraf keanterior kelokasi yang lebih terlindung. Selanjutnya bisa dibagi berdasar kemana saraf ulnar akan diletakkan: subkutan, intramuskuler, atau submuskuler. Cara lain yang dianjurkan Willis adalah pembebasan terowongan kubital yang diperluas dengan osteotomi parsial dari epikondil medial.

VI. KOMPLIKASI

Komplikasi dari penyakit yaitu berkembangnya sindroma jebakan menjadi neuropati yang kronik sehingga menghasilkan manifestasi berupa serangan paroksismal yaitu perasaan seperti ditusuk-tusuk dan dapat meluas diluar saraf dan akar-akar saraf yang relevan.

Kebanyakan operasi dekompresi dilakukan dengan aman. Komplikasi operasi berupa anesthesia dan pergeseran syaraf jarang. Kerusakan dari syaraf sekitar dan arteri dapat terjadi setelah operasi.

Infeksi setelah operasi dapat terjadi dan memicu rekurensi dari sindroma jebakan. Pada kasus seperti ini, eksplorasi ulang harus sering di lakukan mencegah komplikasi dan untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal.(14)

VII. PROGNOSIS

Pada kasus entrapment neuropati ringan, dengan terapi konservatif umumnya prognosa baik. Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi karena operasi hanya dilakukan pada penderita yang sudah lama menderita, penyembuhan post ratifnya bertahap. Perbaikan yang paling cepat dirasakan adalah hilangnya rasa nyeri yang kemudian diikuti perbaikan sensorik. Biasanya perbaikan motorik dan otot-otot yang mengalami atrofi baru diperoleh kemudian. Keseluruhan proses perbaikan setelah operasi ada yang sampai memakan waktu 18 bulan .(7,8)

Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan maka dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini (8):

1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap saraf terletak di tempat yang lebih proksimal.

2. Telah terjadi kerusakan total pada saraf di daerah tersebut

3. Terjadi kasus baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat edema, perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik.

Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya sensibilitas yang persisten di daerah distribusi saraf. Komplikasi yang paling berat adalah reflek sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia,

disestesia dan gangguan trofik.

Sekalipun prognosa entrapment neuropati dengan terapi konservatif maupun operatif cukup baik tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi baik konservatif atau operatif dapat diulangi kembali.

VIII. KESIMPULAN

Entrapment neuropati atau neuropati jebakan mengandung pengertian adanya trauma saraf perifer terisolasi yang terjadi pada lokasi tertentu dimana secara mekanis, mengalami penekanan oleh terowongan jaringan ikat atau tulang rawan, atau adanya deformitas oleh suatu jaringan ikat. Ada beberapa macam entrapmet neuropati yaitu sindrom kanalis karpal (carpal tunnel syndrome), sindrom kanalis tarsal (tarsal tunnel syndrome), sindrom ulnaris (sindrom saraf tulang hasta), sindrom sabtu malam (Saturday night palsy), sindrom kanalis radialis, dan sindrom kanalis cubitalis.

Sekalipun prognosa entrapment neuropati dengan terapi konservatif maupun operatif cukup baik tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi baik konservatif atau operatif dapat diulangi kembali

2 komentar:

deddy mengatakan...

mohon daftar pustaka untuk tulisan neuropati entrapment

deddy mengatakan...

mohon tulisan tentang tekanan dalam terowongan karpal fisiologis ataupun yang basi menjadi patologis
kalo ada bukunya mohon info judulnya trim