Rabu, 11 Juni 2008

Kanker Terkini

Pengobatan Kanker Justru Memperkuat Kanker ???

Namun ‘Revolusi’ Pengobatan Kanker Terbaru telah dimulai.

By Daniel J. DeNoon

WebMD Health News

Diterjemahkan oleh Husnul Mubarak,S.Ked

June 10, 2008 – Sesuatu yang tidak membunuh sel kanker membuat mereka semakin kuat, Peniliti dari Duke University telah melakukan observasinya.

Dokter menggunakan radiasi dan kemoterapi untuk menghancurkan sel kanker. Sekitar setengah dari pasien sembuh – yang seluruh sel tumornya mati.

Separuhnya lagi, beberapa sel tumor masih bertahan setelah pengobatan. Sel kanker ini ternyata lebih agressif daripada sebelum diberikan penatalaksanaan, dikatakan oleh Mark W. Dewhirst, DVM, PhD, seorang professor onkologi radiasi di Duke University.

"Jika anda memberikan penatalaksanaan tumor, sel apapun yang selamat akan menjadi lebih resisten terhadap terapi tersebut,” Dewhirst mengatakan kepada WebMD. "Yang tidak terbunuh merupakan sel kanker yang lebih kuat"

Ini tidak berarti bahwa radiasi dan kemoterapi tidak bekerja. Namun menegaskan bahwa terapi tambahan terbaru sangat dibutuhkan. Dan untuk mengetahui terapi mana yang lebih bekerja dengan baik, Dewhist mengatakan dokter perlu mengetahui bagaimana sel kanker selamat dari radiasi dan kemoterapi..

Kuncinya kemungkinan adalah protein yang disebut HIF -- hypoxia-inducing factor. Pemerintah, universitas, dan peneliti perusahaan obat berlomba-lomba untuk mengembangkan obat baru yang dapat menginhibisi HIF. Namun pasien tidak perlu untuk menunggu.begitu lama. Obat yang telah ada, dan telah diakui oleh FDA untuk terapi kanker, dapat digunakan sebagai agen potensial anti-HIF.

Mengapa HIF tiba-tiba menjadi sangat penting? Ini merupakan kunci untuk jalan berbeda menilai suatu kanker.

Teori “Baru” Kanker

Telah diketahu selama sekitar 50 tahun bahwa pada tumor padat terdapat area yang tidak mempunyai pembuluh darah – dan sel pada daerah ini bertahan tanpa oksigen yang cukup.

Sudah lama, hal ini dianggap menjadi pengusik rasa penasaran. Namun sekarang kemampuan sel kanker untuk bertahan tanpa oksigen – menjadi hypoxic – diketahui sebagai pemicu berkembangnya kanker.

"Sel kanker yang tidak membutuhkan banyak oksigen tersebut seperti tikus meninggalkan kapal yang tenggelam, tidak membutuhkan keadaan dari lingkungan sekitarnya” Dewhirst mengatakan "Sel tersebut akan melakukan sesuatu untuk membantu dirinya sendiri"

Jadi sel ini memiliki 4 hal:

  • Ia mengirim sinyal bantuan, meminta kepada tubuh menyediakan pembuluh darah pada tumor.
  • Ia merubah cara “makannya”, dari metabolisme oksigen menjadi metabolisme anaerobic.
  • Ia mempersiapkan dirinya pada masa yang sulit, membangun pertahanan terhadap molekul oksigen yang bersifat toksik (stress oxidative) terhadap sel anaerob.
  • Dan sel ini akan berhasil melewati kondisi ini – dengan menginvasi pembuluh darah dan pergi ketempat lain pada tubuh untuk bertumbuh.

Salah satu dari hal ini dapat membuat kanker menjadi lebih buruk :

  • Pembuluh darah baru mengakibatkan tumor tumbuh lebih besar.
  • Sel yang tidak membutuhkan oksigen kurang sensitive terhadap kemoterapi dan radiasi.
  • Sel yang bertahan dari sress oxidative juga resisten terhadap cara lain tubuh mengeliminasi sel kanker.
  • Sel yang bermigrasi menyebarkan kanker pada tempat di tubuh yang jauh dari sumber sel tersebut.

Peneliti dari Johns Hopkins University, Gregg Semenza, MD, PhD, menyebutkan bahwa penemuan ini adalah salah satu dari empat "kemajuan konsep utama abad ini yang memiliki potensi untuk menjadikan revolusi pada terapi kanker”

Sebagian dari revolusi ini adalah penemuan HIF-1 oleh Semenza (juga dilakukan secara independent oleh peneliti dari Oxford University, Peter Ratcliffe, MD). HIF-1 adalah sinyal yang merubah sel dari konsumer oksigen menjadi sel anaerobic.

HIF: Kunci dari Suksesnya Terapi Kanker.

"Telah ditunjukkan dalam beberapa tipe kanker yang berbeda, kanker yang memiliki kadar HIF-1 tertinggi memiliki prognosis yang paling buruk,” Semenza mengatakan kepada WebMD. "Dasar dari fakta ini adalah, bahwa HIF-1 mengendalikan ekspresi dari ratusan gen yang memiliki peran kritikal dalam biologis sel"

Satu dari penelitian pertama yang mencari obat yang menargetkan HIF-1 adalah oncologist, Giovanni Melillo, MD, dari U.S. National Cancer Institute (NCI). Setelah memeriksa ratusan komponen dari aktivitas anti-HIF, Melillo,dkk. menemukan penemuan mengejutkan. Beberapa kemoterapi kanker yang sudah ada terbukti dapat menginhibisi HIF.

Yang paling potensial, dikatakan oleh Melillo, adalah obat yang disebut topotecan, dijual dengan merek dagang Hycamtin. Obat ini telah diakui oleh FDA sebagai pengobatan lini kedua dari kanker ovarium dan kanker paru small-cell. Jadi mengapa obat ini tidak membuat suatu revolusi pengobatan kanker ?

"Kunci dari terapi ini adalah dosis," Melillo kepada WebMD. "Pada khemoterapi, seseorang biasanya diberikan hingga dosis toleransi maksimal. Dan penentuan waktu juga penting, karena jika topotecan diberikan sebagai kemoterapi, dokter perlu menunggu hingga pasien sembuh dari toxisitasnya. Kami menawarkan pemberian dosis topotecan yang lebih rendah dan dikonsumsi perhari untuk mencapai efeknya terhadap HIF-1 dalam keadaan nontoxic.

Memang, pada penelitian klinis NCI, Melillo, dkk. menemukan bahwa topotecan yang digunakan dengan cara ini tidak memiliki efek toksiknya yang terlihat jika obat ini diberikan dalam dosis masif pada kemoterapi.

Namun peneliti kanker mengetahui satu hal, tidak ada tipe terapi tunggal apapun yang dapat menyembukan kanker..

"Terapi tuberculosis yang sukses membutuhkan pemberian tiga antibiotic kuat; pengobatan AIDS juga membutuhkan 3 agen antivirus, ” Semenza menambahkan. "Tidak beralasan untuk mengharapkan bahwa terapi kanker akan sukses jika hanya mengandalkan kurang dari 3 agen antikanker“ tegasnya.

Semenza, Dewhirst, dan Melillo setuju bahwa HIF-1 inhibitors akan memiliki efek yang diinginkan hanya jika dikombinasi dengan agen lainnya.

Dewhirst menganjurkan menggunakan inhibitor tersebut bersamaan dengan radiasi dan kemoterapi konvensional. Melillo dan Semenza lebih tertarik penggunaan obat ini bersama dengan angiogenesis inhibitors, sepreti Avastin, yang akan mencegah pertumbuhan pembuluh darah pada tumor.

Tim Melillo merencanakan melakukan penelitian klinis menguji Avastin dikombinasikan dengan topotecan. Sementara Dewhirst,dkk. telah menyelesaikan uji keamanan pada penelitian dari HIF-1 inhibitor, ENMD-1198 dari EntreMed Inc. (Dewhirst tidak mempunyai ketertarikan financial terhadap perusahaan tersebut.).

"Inhibisi HIF-1 merupakan kesempatan yang menarik untuk terapi kanker," Kata Dewhirst mengakhiri wawancaranya.

Tidak ada komentar: