Rabu, 04 Juni 2008

Pitiriasis Alba

PITYRIASIS ALBA

PENDAHULUAN

Pitiriasis alba merupakan suatu penyakit kulit yang asimptomatik dengan ciri khas berupa lesi kulit yang hipopigmentasi, penebalan, dan skuama dengan batas yang kurang tegas. Kondisi seperti ini biasanya terletak pada daerah wajah, lengan atas bagian lateral, dan paha. Jika terkena pada anak-anak biasanya lesinya menghilang setelah dewasa. Pitiriasis alba umumnya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda dan sering didapatkan pada wajah, leher, dan bahu.1,2 Lesi menjadi jelas pada saat setelah musim panas dimana hanya pada bagian lesi, kulit tidak menjadi gelap. Ukuran lesinya bervariasi namun biasanya rata-rata berdiameter 2 – 4cm. 1

Pitiriasis alba pertama kali ditemukan oleh Gilbert tahun 1860 dan digolongkan sebagai penyakit bersisik pada saat ini pitiriasis alba digolongkan sebagai bentuk inflamasi dermatosis dan mempunyai beberapa nama yang berbeda dengan melihat aspek klinis pada lesi. Nama-nama yang sering digunakan adalah seperti pityriasis alba faciei dan pityriasis alba simplex. 3

Meskipun pitiriasis alba bukan kasus serius, tapi penting dalam aspek kosmetik karena sering mengenai pada wajah terutama pada mulut, dagu, pipi, serta dahi 3,4

EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat, pitiriasis alba umumnya terjadi sampai 5 % pada anak-anak, tetapi epidemiologi yang pasti belum dapat dijelaskan. Pitiriasis alba umumnya terjadi pada anak-anak yang berusia 3-16 tahun. Sembilan puluh persen kasus terjadi pada anak yang berusia lebih muda dari 12 tahun. Sering juga terjadi pada orang dewasa. 4-8

Pitiriasis alba dapat terjadi pada semua ras, tetapi memiliki prevalensi yang tinggi pada orang-orang yang memiliki kulit yang berwarna. Wanita dan pria sama banyak.4,5,7,13,15

ETIOLOGI

Sampai saat ini belum ditemukan adanya etiologi yang definitif walaupun beberapa usaha telah dilakukan untuk menemukan adanya mikroorganisme pada lesi kulit. Namun dikatakan juga biasanya pitiriasis alba seringkali didapat pada kulit yang sangat kering yang dipicu oleh lingkungan yang dingin. 2,7

Pitriasis alba juga telah diketahui sebagai suatu manifestasi dari dermatitis atopik. 6. Penelitian terakhir mengenai etiologi pitriasis alba yang dilakukan pada tahun 1992, dimana Abdallah menyimpulkan Staphylococcus aureus merupakan elemen penting dalam menimbulkan manifestasi klinis penyakit ini. Dia menemukan bakteri ini ada pada 34% dalam plak pitriasis alba dan 64% pada rongga hidung pasien yang sama dan pada kelompok kontrol presentasinya secara berurutan 4% dan 10%. Faktor lingkungan sepertinya sangat berpengaruh walaupun mungkin bukan berupa agen etiologis langsung, paling tidak dapat memperburuk atau memperbaiki lesi.3

PATOGENESIS

Dalam penelitian pada 9 pasien dengan pitiriasis alba yang luas, ditemukan densitas dari melanosit yang normal berkurang pada daerah lesi tanpa adanya aktivitas sitoplasmik. Melanosom cenderung lebih sedikit dan lebih kecil namun pola distribusi dalam keratinosit normal. Hipopigmentasi utamanya diakibatkan oleh berkurangnya jumlah melanosit aktif dan penurunan jumlah dan ukuran dari melanosomes pada daerah lesi kulit. Transfer melanosom di keratinosit secara umum tidak terganggu. Gambaran histologis kurang spesifik. Hiperkeratosis dan parakeratosis tidak selalu ada dan sepertinya tidak berperan penting dalam patogenesis dari hipomelanosis. Beragam derajat jumlah edema dan sekret lemak intrasitoplasmik dapat terlihat.. 7

GAMBARAN KLINIS

Pitiriasis alba umumnya bersifat asimtomatis tetapi bisa juga didapatkan rasa terbakar dan gatal.1,3,7 Secara klinis, pitiriasis alba ditandai oleh makula berbentuk bulat atau oval kadang irregular yang pada awalnya berwarna merah muda atau coklat muda ditutupi dengan skuama halus, yang kemudian menjadi hipopigmentasi.6,13

Gambar 1. Makula hipopigmentasi pada daerah pipi.*

Lesi biasanya multipel dengan diameter bervariasi antara 0,5-2 cm dan dapat tersebar secara simetris.6,10 Lesi pada umumnya didapatkan pada daerah wajah ( sekitar 50-60 % kasus ) terutama pada daerah dahi, sekitar mata dan mulut. Tetapi dapat juga ditemukan pada daerah yang lain seperti pada leher, bahu, ekstremitas atas serta pada ekstremitas bawah. 2,3,6,7,10

Secara klinis, pitiriasis alba bisa dibagi menjadi dua, yaitu :3

1. Bentuk lokal.

Bentuk yang sering ditemukan dan sering pada anak. Umumnya lesi didapatkan pada daerah wajah. Bentuk ini memberikan respon yang baik dengan pengobatan.

2. Bentuk umum.

- Jarang ditemukan dan sering pada usia remaja

- Secara klinis bisa dibagi menjadi 2 varian, yaitu :

· Idiopatik : ditandai oleh lesi nonsquamous yang simetris berbatas tegas dan berwarna putih di mana cenderung untuk merusak permukaan kulit pada daerah tungkai dan lengan secara ekstensif. Varian ini memberikan respon yang jelek dengan pengobatan.

· Dengan riwayat dermatitis atopik : varian ini juga dikenali sebagai extensive pityriasis alba yang ditandai dengan rasa gatal pada daerah lesi dan sering didapatkan pada daerah antecubital, popliteal dan bisa mengenai seluruh badan. Varian ini memberikan respon yang baik dengan pengobatan kortikosteroid.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan adalah :

· Pemeriksaan potassium hidroksida (KOH)3,7

Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan pitiriasis versikolor, tinea fasialis atau tinea korporis

· Pemeriksaan histopatologi dari biopsi kulit5,7,9

Pemeriksaan histopatologis dari biopsi kulit tidak banyak membantu karena tidak patognomonik untuk menegakkan diagnosis.7 Pada pemeriksaan histopatologis didapatkan : adanya akantosis ringan, spongiosis dengan hiperkeratosis dan parakeratosis setempat, pigmentasi melanin yang irreguler pada lapisan basal kulit. Kadang ditemukan pula kelenjar sebum yang atrofi.7,8,15

· Pemeriksaan mikroskop elektron

Terlihat penurunan jumlah serta berkurangnya ukuran melanosom. 4


DIAGNOSIS

Diagnosis pitiriasis alba dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang. Biasanya terjadi pada anak-anak yang berusia 3-16 tahun. 4,6

Pada pemeriksaan fisis didapatkan lesi berbentuk bulat, oval atau plakat tidak teratur. Warna merah muda atau sesuai dengan warna kulit dengan skuama halus. Setelah eritema menghilang, lesi yang dijumpai hanya depigmentasi dengan skuama halus. Bercak biasanya multipel 4 sampai 20 dengan diameter antara ½ - 2 cm. Dengan distribusi lesi pada wajah yaitu paling banyak di sekitar mulut, dagu dan pipi.4,6

Pemeriksaan penunjang juga dibutuhkan dalam menegakkan diagnosis pitiriasis alba, seperti pemeriksaan potassium hidroksida (KOH), pemeriksaan histopatologi dari biopsi kulit, pemeriksaan lampu wood,dan mikroskop elektron. Pada pemeriksaan potassium hidroksida (KOH) tidak didapatkan hifa dan spora yang merupakan indikasi dari penyakit akibat jamur. Pada pemeriksaan histopatologis hanya dijumpai adanya akantosis ringan, spongiosis dengan hiperkeratosis sedang dan parakeratosis setempat. Pada pemeriksaan mikroskop elektron terlihat penurunan jumlah serta berkurangnya ukuran melanosom. 4

DIAGNOSIS BANDING

Pitiriasis alba merupakan penyakit kulit yang bisa didiagnosis dengan gambaran klinis dan jarang memerlukan konfirmasi tes laboratorium. Walaupun demikian, pitiriasis alba dapat didiagnosis banding dengan :

1. Pitiriasis versikolor

Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial pada stratum korneum yang disebabkan oleh jamur malassezia furfur.12,13

Gambar 2. Tampak makula hipopigmentasi pada daerah punggung.*

Makula secara tipikal sering terjadi pada punggung bagian atas dan dada tetapi juga dapat terjadi pada lengan atas, leher dan wajah. 13,14. Pemeriksaan dengan lampu Wood akan menunjukkan adanya fluoresensi berwarna kuning keemasan pada daerah yang berskuama.3 Pemeriksaan KOH dari skuama penderita ini mengandung hifa dan bentuk jamur dari malassezia furfur.7,10

2. Vitiligo

Vitiligo adalah gangguan autoimun progresif dapatan dengan gambaran klinis makula berwarna putih, 7,12. Penyakit ini memiliki lokasi lesi pada tempat-tempat yang tidak biasa pada pitiriasis alba.3 Wajah adalah lokasi yang sangat umum untuk vitiligo tetapi distribusinya biasanya paling sering di sekitar mata atau mulut.7,10,11,12

Gambar 3. Makula hipopigmentasi berbatas tegas pada daerah wajah. *

Pada pemeriksaan lampu wood dan histopatologis didapatkan kehilangan pigmen kulit yang menyeluruh dimana tidak didapatkan pada pitiriasis alba.3,7

3. Psoriasis

Psoriasis ialah penyakit autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama di atasnya disertai fenomena tetesan lilin, auspitz dan kobner.

Gambar 4. Tampak daerah berskuama dengan papul di daerah punggung.*

4. Depigmentasi postinflamasi,yang didiagnosis dengan riwayat klinis dari lesi inflamasi pada tempat yang hipokromik.3

PENATALAKSANAAN

Tujuan penatalaksanaan yaitu mengeliminasi inflamasi dan infeksi, mengembalikan barier stratum korneum dengan menggunakan emolient dan penggunaan bahan antipruritus untuk mengurangi kerusakan pada kulit dan mengontrol faktor –faktor eksaserbasi.1

Dengan penggunaan hidrokortison dan krim emolien dapat mengurangi eritema, skuama dan gatal. 7

Antibiotik juga dapat diberikan untuk mengatasi infeksi oleh staphylococcus aureus seperti cephalexin, cefadroxil, dan dicloxacillin.

PROGNOSIS

Pitiriasis alba memiliki prognosis yang baik. Depigmentasi yang terjadi tidak permanen dan biasanya sembuh spontan dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun. Durasi gejala berbeda pada setiap individu. Pengobatan dapat mempersingkat durasi lesi sampai beberapa minggu.3,5

KESIMPULAN

Pitiriasis alba adalah suatu bentuk dermatitis yang belum diketahui penyebabnya dan bersifat asimptomatik. Makula berbentuk bulat atau oval kadang irregular yang pada awalnya berwarna merah muda atau coklat muda ditutupi dengan skuama halus, yang kemudian menjadi hipopigmentasi.

Penatalaksanannya untuk mengeliminasi inflamasi dan infeksi, mengembalikan barier stratum korneum dengan menggunakan emolient dan penggunaan bahan antipruritus untuk mengurangi kerusakan pada kulit dan mengontrol faktor –faktor eksaserbasi.

Prognosis Pitiriasis alba baik. Biasanya sembuh spontan dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun. Durasi gejala berbeda pada setiap individu.